Kurang dari dua pekan lalu, Gautam Adani merupakan orang terkaya keempat di dunia, dengan nilai kekayaan pribadi diperkirakan mencapai US$ 120 miliar atau setara dengan Rp 1.811 trilun (asumsi kurs Rp 15.095). Industrialis asal India ini lebih kaya daripada Bill Gates atau Warren Buffet.
Namun, laporan Hindenburg Research menyebutkan adanya tuduhan bahwa perusahaan Adani melakukan "penipuan terbesar dalam sejarah perusahaan".
Setelah laporan Hinderburg keluar, perusahaan Adani telah kehilangan nilai US$ 110 miliar atau setara dengan Rp 1.660,45 triliun. Sementara, kekayaan Adani telah berkurang setengahnya, menjadi sedikit lebih dari US$ 61 miliar atau setara dengan Rp 920,79 triliun.
Grup Adani sendiri telah mengeluarkan pernyataan membantah laporan tersebut, serta mengutuknya sebagai laporan yang tidak berdasar.
Namun, investor masih bertanya-tanya mengenai klaim dalam laporan tersebut. Tak hanya itu, pemerintah India dilaporkan melakukan penyelidikan atas bisnis Adani.
Tuduhan Hindenburg Terhadap Grup Adani
Seperti yang telah disebutkan, Hindenburg mengejutkan para investor pada akhir Januari dengan mengeluarkan laporan yang menuduh Adani dan perusahaan melakukan penipuan dan memanipulasi saham.
Hindenburg Research menuduh konglomerat tersebut menggunakan bisnis yang didirikan di surga pajak lepas pantai secara tidak benar dan mengungkapkan kekhawatiran tentang tingkat utang yang berlebihan.
Dikatakan juga bahwa tujuh perusahaan yang terdaftar di Adani memiliki penurunan 85% secara fundamental. Selain itu, laporan ini juga menyatakan perusahaan-perusahaan kunci yang terdaftar dalam grup yang dipimpin oleh miliarder Gautam Adani ini memiliki 'hutang yang signifikan', yang telah menempatkan grup pada 'pijakan keuangan yang genting'.
Laporan berjudul "Adani Group: How The World’s 3rd Richest Man Is Pulling The Largest Con In Corporate History" ini mengungkapkan temuan investigasi selama dua tahun, yang menyajikan bukti bahwa Grup Adani telah terlibat dalam tindakan manipulasi saham dan skema penipuan akuntansi selama beberapa dekade.
Menurut laporan tersebut, Gautam Adani, pendiri dan ketua Grup Adani, memiliki kekayaan bersih sekitar US$ 120 miliar, yang telah meningkat lebih dari US$ 100 miliar dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Peningkatan nilai kekayaan tersebut, utamanya sebagai hasil dari pertumbuhan harga saham perusahaan-perusahaan yang bernaung di dalam Grup Adani. Secara spesifik, terdapat tujuh perusahaan publik yang mengalami peningkatan harga saham sebesar 819% dalam kurun waktu tiga tahun.
Laporan Hindenburg menunjukkan, perusahaan-perusahaan utama Grup Adani yang tercatat di bursa, juga memiliki hutang yang sangat besar. Kebanyakan perusahaan dengan hutang yang tinggi tersebut, menjaminkan saham yang meningkat sebagai jaminan untuk pinjaman, yang menempatkan seluruh status keuangan grup dalam bahaya.
Menurut laporan, Grup Adani telah menjadi fokus dari empat investigasi penipuan besar pemerintah senilai US$ 17 miliar, termasuk tuduhan pencucian uang, penggelapan pajak, dan korupsi.
Dalam laporannya, Hindenburg mengatakan bahwa anggota keluarga Adani diduga bekerja sama untuk membuat entitas cangkang di negara-negara yang terkenal sebagai suaka pajak, seperti Mauritius, Uni Emirat Arab, dan Kepulauan Karibia, menghasilkan dokumentasi impor/ekspor palsu untuk menghasilkan omzet palsu atau tidak sah, dan menyedot uang dari perusahaan yang terdaftar.
Dampak Tuduhan Hindenburg
Terkait dengan tuduhan yang tertuang dalam laporan Hindenburg, Grup Adani mengatakan sedang mempertimbangkan tindakan hukum untuk menanggapi klaim tersebut. Ia menuduh Hindenburg meluncurkan serangan dan mengatakan perusahaan investasi hanya tertarik pada keuntungan finansialnya sendiri. Tetapi analis mengatakan Grup Adani belum menjawab pertanyaan yang diajukan oleh laporan tersebut secara meyakinkan.
Investor, yang ketakutan dengan klaim tersebut, tidak ingin terjebak di sisi perdagangan yang salah. Hal ini menyebabkan saham Adani Enterprises, perusahaan andalan Adani, anjlok hampir 55% sejak laporan Hindenburg diterbitkan pada 24 Januari lalu.
Perusahaan tersebut sekarang berjuang untuk mendapatkan pendanaan baru sebagai hasilnya. Pada hari Rabu (1/2), Adani Enterprises tiba-tiba membatalkan kesepakatan penjualan saham senilai US$ 2,5 miliar, hanya 24 jam setelah disegel.
Lalu, saham sebagian besar perusahaan Grup Adani merosot lagi pada hari Jumat (3/2). Bursa saham India kemudian menghentikan perdagangan saham lima perusahaan Adani yang terdaftar setelah saham mereka jatuh pada batas harian, yang ditetapkan pada 5% dan 10%.
Sementara itu, TotalEnergies, mitra bisnis utama Grup Adani, mengatakan Adani telah setuju membiarkan salah satu dari "empat besar" firma akuntan, yakni Deloitte, Ernst & Young (EY), KPMG, dan PricewaterhouseCoopers (PwC), melakukan "audit umum". Meski demikian, terkait pernyataan Total ini, tidak ada konfirmasi dari Adani.
Raksasa energi Prancis itu menggambarkan eksposurnya ke Adani senilai US$ 3,1 miliar, melalui investasi bersama di India. Dikatakan juga bahwa kemitraan ini dilakukan dengan kepatuhan penuh terhadap hukum yang berlaku, yaitu India.
Tak hanya itu, lembaga pemeringkat Moody's mengatakan, bahwa gejolak yang ditumbulkan oleh laporan Hindenburg ini kemungkinan akan mengurangi kemampuan Grup Adani untuk meningkatkan modal.
Dalam sebuah pernyataan, Adani menekankan bahwa bisnisnya tetap kokoh, dan para eksekutif akan meninjau kembali strategi pasar modalnya setelah pasar stabil.
"Neraca kami sangat sehat dengan arus kas yang kuat dan aset yang aman, dan kami memiliki rekam jejak yang sempurna dalam membayar utang kami,", ujar Adani, dikutip dari CNN.
Meski demikian, konsekuensi dari aksi jual tersebut mungkin tidak dapat ditanggung oleh Adani. Bank India yang memegang aset Grup Adani juga dapat terpengaruh jika nilai kepemilikan tersebut terus turun.
Reserve Bank of India mengatakan, bahwa sektor perbankan "tetap tangguh dan stabil" berdasarkan penilaian terbaru dan berjanji untuk terus memantau situasi.
Dalam pernyataan pertamanya tentang gejolak pasar baru-baru ini, Securities and Exchange Board of India (SEBI) pada Sabtu (4/2), mengatakan, bahwa mereka telah mengamati pergerakan harga yang tidak biasa di saham konglomerat bisnis.
Dikatakan bahwa jika ada informasi yang diketahui SEBI, akan diperiksa dan tindakan yang tepat akan diambil. Regulator pasar modal India tersebut menambahkan, bahwa pihaknya "berkomitmen untuk memastikan integritas pasar.