Macron: Eropa Tak Boleh Jadi Pengikut Cina dan AS Soal Konflik Taiwan
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Eropa tak boleh jadi pengikut Amerika Serikat dan Cina di Taiwan. Macron mengatakan dirinya tak ingin melihat Uni Eropa terjerat dalam krisis yang bukan milik mereka.
Komentar Macron ini disampaikan dalam sebuah wawancara usai dirinya tiba dari kunjungan di Beijing. Pernyataan ini berisiko menimbulkan reaksi negatif Washington serta menyoroti potensi pecahnya pandangan Uni Eropa dalam menghadapi Cina.
"Hal terburuk adalah Eropa harus jadi pengikut dan menyesuaikan diri dengan ritme Amerika dan reaksi berlebihan Cina," kata Macrin dikutip dari Channel News Asia, Senin (10/4).
Macron menginginkan Eropa terjebak dalam krisis jika tak memiliki strategi yang jelas. Beberapa konflik yang menjadi sorotannya adalah Ukraina dan hubungan blok tersebut dengan Cina.
"Kita tidak ingin masuk logika blok versus blok," katanya.
Macron sempat membahas soal Taiwan saat dirinya bertemu Xi Jinping di Beijing pada Jumat (6/10). Macron membicarakan soal risiko dari reaksi berlebihan Cina terhadap Taiwan.
Sebelumnya, kondisi Taiwan memanas usai pertemuan Presiden Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy. Cina merespons persamuhan tersebut dengan latihan militer besar-besaran di sekitar perairan Taiwan.
Tensi dua negara terjadi sejak kedatangan Nancy Pelosi yang saat itu menjadi Ketua DPR pada Agustus 2022 lalu. Kedatangan para elit AS ini untuk memberikan dukungan kepada Taiwan sebagai negara yang berdaulat.
Namun hal ini menimbulkan reaksi keras dari Beijing. Beberapa kali, militer Cina terlihat melakukan lebih banyak latihan di dekat pulau itu.