Hamas adalah akronim Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah, dan dikenal sebagai Gerakan Perlawanan Islam atau gerakan Islam militan Palestina.
Hamas dikabarkan meluncurkan serangannya dari Gaza, Palestina ke Israel. Akibatnya, ratusan orang pun tewas. Hamas berdiri sejak 1987 oleh Sheikh Ahmed Yassin dan kepemimpinannya berasal dari Ikhwanul Muslimin cabang Palestina.
Berkaitan dengan hal tersebut, menarik membahas apa itu Hamas. Simak penjelasannya sebagai berikut.
Formasi dan Ideologi Hamas
Melansir dari Britannica, sejak akhir 1970-an, aktivitas yang berkaitan dengan kelompok Islamis Muslim Brotherhood mendirikan jaringan amal, sekolah, klinik, dan aktif di wilayah yang diduduki Israel. Wilayah itu adalah Jalur Gaza dan West Bank.
Di Gaza, pihaknya aktif di masjid. Sementara aktivitas mereka di West Bank hanya terbatas di lingkup universitas saja.
Kegiatan Ikhwanul Muslimin ini terjadi tanpa kekerasan. Namun ada kelompok kecil yang menyerukan jihad karena ingin melawan Israel.
Kemudian pada 1987, di awal Palestina memberontak melawan pendudukan Israel, Hamas pun didirikan oleh Ikhwanul Muslimin dan faksi agama Palestine Liberation Organization (PLO). Dalam bahasa Arab, Hamas adalah kata yang berarti semangat.
Pada 1988, Hamas menyatakan Palestina merupakan tanah air Islam yang tidak akan pernah diserahkan ke non-muslim. Mereka juga melakukan perang untuk merebut kendali Palestina dari Israel. Perang itu dianggap sebagai penyebab konflik dengan PLO, yang sebelumnya mengakui keberadaan Israel.
Hamas pun bertindak independen terhadap organisasi Palestina lainnya. Oleh sebab itulah, muncul permusuhan kelompok itu dan rekan nasionalis sekulernya.
Serangan Hamas yang kejam terhadap sasaran sipil dan militer pun mendorong Israel menangkap sejumlah pemimpin Hamas pada 1989. Pemimpin tersebut termasuk Sheikh Ahmed Yassin.
Pada tahun berikutnya, Hamas pun melakukan reorganisasi untuk memperkuat dirinya. Hamas juga menempatkan para pemimpin di luar jangkauan Israel. Pada 1999, Yordania mengusir pemimpin Hamas dari Amman. Pengusiran ini disertai tuduhan karena mereka menggunakan kantor di Yordania sebagai pos untuk kegiatan militer di West Bank.
Posisi Hamas dalam Proses Perdamaian
Hamas menolak organisasi yang menyerahkan wilayah manapun sejak awal. Hamas mengecam perjanjian perdamaian antara Israel dan PLO pada 1993.
Hamas pun bersama kelompok Jihad Islam mengintensifkan kampanyenya dengan pelaku bom bunuh diri. PLO dan Israel pun mengatasinya dengan peningkatan keamanan dan sanksi.
Israel dan Palestina yang gagal berunding pada September 2000 menyebabkan terjadinya kekerasan yang marak. Kekerasan ini disebut sebagai Intifada Aqsa.
Setelah adanya intifada Aqsa, Hamas pun melunakkan diri atas proses perdamaian. Hamas yang telah lebih dari satu dekade menolak prinsip dasar Otoritas Palestina atau Palestine Authority (PA), mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif Palestina pada 2006.
Intifada yang merupakan istilah bahasa Arab ini berarti mengguncang. Intifada Aqsa adalah pemberontakan melawan pendudukan Israel di Jalur Gaza dan West Bank. Intifada awalnya adalah aksi yang spontan terhadap 20 tahun pendudukan Israel. Namun kemudian Intifada diambil alih oleh PLO.
Taktik Intifada berupa boikot, konfrontasi, serangan terhadap pasukan Israel. Intifada dilatarbelakangi adanya pendudukan tersebut yang menyebabkan sekitar 800 warga Palestina dibunuh oleh Israel pada 1990.
Hamas juga berpartisipasi dalam PA, dengan anggapan bahwa organisasi ini menerima perjanjian Israel dan PA. Sejak saat itu, para pemimpin Hamas pun bersedia mendukung solusi dua negara berdasarkan pembatasan sebelum 1967. Hal ini dicantumkan pada Dokumen Prinsip dan Kebijakan Umum 2017.
Kecurigaan Bantuan Iran dalam Serangan Hamas ke Israel
Kejutan serangan Hamas ke Israel mempunyai skala dan kecanggihan yang sebelumnya dianggap tidak terpikirkan. Sebab, serangan Hamas datang melalui darat, laut, dan udara, membuat pertahanan Israel kewalahan. Serangan ini menewaskan lebih dari 900 orang Israel, baik tentara maupun warga sipil.
Tingkat perencanaan yang diperlukan untuk serangan semacam itu menimbulkan pertanyaan apakah Hamas dapat melakukannya sendiri, dan jika Hamas mendapat bantuan, apakah hal itu bisa datang dari pendukung lamanya di wilayah tersebut, yaitu Iran.
Iran, yang memuji operasi tersebut, membantah terlibat. Perwakilan Iran untuk PBB mengeluarkan pernyataan yang menyebut serangan itu “sangat otonom dan sejalan dengan kepentingan sah rakyat Palestina”.
Mengutip CNN, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jon Finer mengatakan, bahwa AS yakin Iran "secara luas terlibat” dalam serangan Hamas di Israel. Meski demikian, ia menyebutkan, bahwa AS tidak memiliki informasi langsung yang mengaitkan serangan tersebut dengan Iran.
“Yang bisa kita pahami dengan jelas adalah bahwa Iran secara luas terlibat dalam serangan-serangan ini karena telah mendukung Hamas selama beberapa dekade,” kata Finer, dikutip dari CNN.
Memang, AS tidak memiliki informasi langsung yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam memerintahkan atau merencanakan serangan yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, perkembangan hubungan Iran dengan Hamas telah terdokumentasi dengan baik.
AS mengklaim memiliki informasi, bahwa Iran telah lama mendukung Hamas dengan dukungan material, keuangan dan logistik. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyebutkan, Iran terlibat dalam serangan Hamas ke Israel dalam arti luas, karena Iran telah memberikan sebagian besar dana untuk sayap militer Hamas.
Ia menyebutkan, Iran telah memberikan pelatihan, memberikan dukungan, dan Iran telah terlibat dan melakukan kontak dengan Hamas selama bertahun-tahun.
“Kami akan melihat informasi intelijen tambahan untuk menginformasikan pemikiran kami mengenai masalah ini, termasuk apakah setidaknya ada beberapa orang di Iran yang memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang akan terjadi atau bahkan berkontribusi pada perencanaan serangan,” kata Matthew Miller, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, dalam konferensi pers, Selasa (10/10), dikutip dari CBS News.
Garis Besar Konflik Hamas dan Israel
Pada 14 November 2012, Israel melancarkan serangan udara di Gaza. Pada 2014, ketegangan Israel dan Hamas meningkat usai hilangnya tiga remaja Israel di West Bank.
Hamas diduga telah menculik para pemuda. Israel pun berjanji tidak akan membiarkan kejahatan tersebut muncul.
Israel pun melancarkan operasi besar-besaran di West Bank untuk mencari anak yang hilang. Selain itu, pihaknya juga menindak Hamas dan kelompok militan lainnya. Semua warga Palestina yang dicurigai memiliki hubungan militan pun ditangkap.
Pada 2021, setelah adanya bentrokan polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina, Hamas pun meluncurkan roket ke Yerusalem dan Israel selatan tengah. Hal ini dilakukan karena bentrok itu menyebabkan ratusan orang terluka. Israel pun meluncurkan serangan udara sebagai tanggapan.
Kemudian pada Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan darat, laut, udara. Semuanya sangat terkoordinasi sehingga Israel pun tidak bersiap akan hal tersebut. Ratusan warga Israel dilaporkan tewas atau hilang.
Itulah penjelasan mengenai Hamas adalah Gerakan Perlawanan Islam yang didedikasikan untuk berdirinya negara Islam merdeka. Selanjutnya dapat diketahui secara singkat, awalnya hamas menentang pendekatan sekuler PLO atas konflik Israel dan Palestina. Hamas juga menolak upaya menyerahkan sebagian wilayah Palestina.