Daihatsu Motor Co., Ltd. menyerahkan laporan kepada Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang. Laporan tersebut, berisi rincian langkah-langkah untuk mencegah terulangnya fraud dalam uji keselamatan kendaraan.
Mengutip The Japan Times, laporan diserahkan langsung oleh Presiden Daihatsu Soichiro Okudaira kepada Menteri Transportasi Tetsuo Saito, sebagai upaya pertanggung jawaban perusahaan terkait skandal yang menerpa anak usaha Toyota Motor Corporation ini, akhir tahun lalu.
Beberapa langkah yang dijabarkan dalam laporan yang disampaikan oleh Daihatsu, antara lain memperpanjang periode pengembangan kendaraan sebesar 40%. Kemudian, memastikan peningkatan tujuh kali lipat dalam jumlah personel yang terlibat dalam uji keselamatan pada Juni 2024. Ini termasuk juga pertukaran personel antar divisi untuk menciptakan suasana terbuka di seluruh perusahaan.
"Kami ingin menerapkan langkah-langkah pencegahan terulangnya kecurangan ini dengan tegas, dan membuat perusahaan mampu melakukan tugasnya dengan baik," kata Okudaira, dilansir dari The Japan Times.
Kementerian Transportasi Jepang telah memerintahkan Daihatsu pada 16 Januari 2024 untuk meningkatkan praktiknya berdasarkan undang-undang kendaraan transportasi jalan raya, dan memerintahkan perusahaan untuk melaporkan tindakan pencegahan dalam waktu satu bulan.
Pada Jumat (9/2), Daihatsu mengatakan bahwa anak perusahaannya di Kyushu akan melanjutkan produksi 10 model, termasuk Mira e:S di pabriknya di Nakatsu, Prefektur Oita, pada 26 Februari. Langkah ini diambil setelah kementerian mengonfirmasi keamanan model tersebut.
Toyota sendiri berencana merombak manajemen Daihatsu dan pengumumannya diharapkan minggu depan. Sementara, Daihatsu berencana menghabiskan lebih banyak waktu dan mengalokasikan lebih banyak sumber daya manusia untuk pengembangan fitur keselamatan kendaraan.
Sebagai informasi, pada 21 Desember 2023 Daihatsu mengumumkan penghentian semua pengiriman kendaraan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Penghentian distribusi ini merupakan konsekuensi dari hasil investigasi skandal tes keselamatan.
Hasil investigasi menemukan adanya 174 pelanggaran, termasuk kesalahan penyajian hasil tes dan perusakan kendaraan. Dari kasus tersebut, 64 model serta tiga mesin terkena dampaknya.
Melansir Nikkei Asia, investigasi terhadap Daihatsu ini sebetulnya telah terjadi sejak Mei lalu. Selain uji tabrak, Daihatsu juga memiliki catatan laporan pernah melakukan penukaran data dari kursi penumpang dengan pengemudi saat berlangsungnya pengujian.
Tidak hanya itu, skandal ini juga termasuk soal laporan palsu tentang uji benturan sandaran kepala dan uji kecepatan untuk beberapa model. Daihatsu juga pernah mengumumkan bahwa mereka menemukan kekurangan dalam uji keselamatan untuk enam model, serta sejumlah permasalahan lain yang terjadi sebelum 2023.