Simon Harris, Calon Perdana Menteri Termuda di Irlandia

Youtube France 24
Simon Harris yang berusia 37 tahun bakal menggantikan Leo Varadkar sebagai Taoiseach (Perdana Menteri) termuda dalam sejarah Irlandia.
Penulis: Hari Widowati
25/3/2024, 13.17 WIB

Partai yang memerintah di Irlandia, Fine Gael, telah menunjuk Simon Harris sebagai pemimpin barunya. Harris yang berusia 37 tahun bakal menggantikan Leo Varadkar sebagai Taoiseach (Perdana Menteri) termuda dalam sejarah Irlandia.

Varadkar mengumumkan pengunduran dirinya secara mengejutkan pada 20 Maret lalu dengan alasan pribadi dan politik. Varadkar telah menjadi berita utama pada 2017 ketika dia menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Irlandia pada usia 38 tahun.

"Ini adalah kehormatan mutlak dalam hidup saya untuk secara resmi berada di sini bersama Anda hari ini di Athlone untuk menerima kepemimpinan partai besar ini, partai besar kita," kata Harris dalam pidato penerimaannya pada konferensi partai Fine Gael di daerah Irlandia, West Meath, pada Minggu (24/3) sebagaimana dikutip CNN.

Dalam pidatonya, Harris berterima kasih kepada rakyat Irlandia yang memilih partainya, Fine Gael, untuk kembali berkuasa. "Saya ingin berterima kasih atas kepercayaan Anda. Saya ingin berjanji dan berikrar kepada Anda hari ini bahwa saya akan membayar kepercayaan tersebut dengan kerja keras dengan darah, keringat dan air mata, hari demi hari dengan tanggung jawab, dengan kerendahan hati, dan dengan kesopanan," katanya.

Harris juga memberikan pujian kepada Varadkar atas kepemimpinannya yang luar biasa. "Setiap kali dia [Varadkar] menyampaikan, apakah itu ancaman eksistensial Brexit dan COVID atau kontribusinya pada momen-momen penting dalam perubahan sosial di negara ini. Saya tahu dan percaya bahwa warisannya sangat penting sejak tahun 2010," kata Harris.

Harris pernah menjabat sebagai menteri pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi Irlandia. Menurut situs Fine Gael, Harris juga pernah menjabat sebagai menteri kesehatan negara itu dari Mei 2016 hingga Juni 2020.

Pengunduran Diri Leo Varadkar yang Mengejutkan

Leo Varadkar mengirim gelombang kejut ke seluruh Irlandia ketika ia secara terbuka mengumumkan bahwa ia "bukan lagi orang yang tepat" untuk memimpin negaranya. Ia mengejutkan para jurnalis, anggota parlemen oposisi, dan bahkan anggota pemerintahannya sendiri dengan keputusannya untuk mengundurkan diri karena apa yang disebutnya sebagai alasan "pribadi" namun "terutama alasan politis".

Pria berusia 45 tahun ini telah menjadi wajah yang tidak asing lagi di panggung internasional. Pemimpin gay dan ras campuran pertama di Irlandia ini segera menjadi wajah Irlandia yang baru dan lebih liberal, menggiring perubahan sosial yang progresif melalui serangkaian referendum yang sukses.

Dia telah mengambil peran sebagai perdana menteri lagi pada Desember 2022 sebagai bagian dari rotasi pekerjaan yang disepakati oleh pemerintah koalisi yang dibentuk setelah pemilihan umum 2020. Dalam beberapa minggu terakhir, Varadkar menuai pujian atas solidaritasnya terhadap rakyat Gaza. Selama kunjungan ke Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu, ia menantang Presiden Joe Biden atas dukungan AS yang berkelanjutan untuk Israel.

Gary Murphy, Profesor Politik di Dublin City University, mengatakan bahwa ada "kerendahan hati" dalam pidato Varadkar, yang biasanya tidak terkait dengan seorang politisi yang sering dianggap "menyendiri" dan "tidak memiliki sentuhan yang sama."

"Seorang perdana menteri yang mengundurkan diri tanpa tekanan dari partainya untuk melakukan hal itu benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya di negara Irlandia," ujar Murphy.

Bahkan, Varadkar tampaknya masih mengatur nafas ketika dia mengatakan kepada wartawan yang berkumpul di Brussels untuk menghadiri pertemuan para pemimpin Uni Eropa bahwa keputusan tersebut masih belum "meresap."

Ia mencoba untuk menepis rumor bahwa sebuah skandal mungkin sedang mengintai, dengan menekankan bahwa "tidak ada kejadian" atau "satu hal" yang mendorong pengunduran dirinya. Meskipun demikian, masih ada pertanyaan mengenai waktu pengunduran dirinya yang terjadi kurang dari tiga bulan sebelum pemilihan umum lokal dan Eropa.