Mengejar Target Transisi Ekonomi 2030, Arab Saudi Lepas Saham Aramco

Katadata
Ilustrasi. Pemerintah Arab Saudi dikabarkan berencana menjual kepemilikan di raksasa energi Aramco pada Juni mendatang.
Penulis: Dini Pramita
26/5/2024, 06.30 WIB

Pemerintah Arab Saudi dikabarkan berencana menjual kepemilikan di raksasa energi Aramco pada Juni mendatang. Mengutip dari Reuters, nilai kesepakatan atas pelepasan saham tersebut akan menjadi yang terbesar dalam sejarah di kawasan.

Menurut informasi dari sumber yang dikumpulkan Reuters, nilai yang ditawarkan disebut-sebut sebesar US$ 10 miliar atau setara dengan Rp 160 triliun menurut kurs tukar Rp 16.045. Penawaran tersebut akan dicatatkan di Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi, dalam beberapa pekan ke depan.

Beberapa perbankan global terkemuka seperti Citigroup, Goldman Sachs, dan HSBC dikabarkan telah melakukan sejumlah persiapan untuk mengelola penjualan tersebut. Namun, menurut laporan Reuters, belum ada tanggapan resmi apapun dari Aramco maupun pemerintahan Arab Saudi terkait dengan rencana pelepasan saham tersebut.

Masih menurut sumber yang sama, Aramco diperkirakan akan membayarkan dividen sebesar US$ 31 miliar di tengah berbagai isu mengenai pendapatan yang lebih rendah sepanjang kuartal pertama karena anjloknya harga minyak dan volume penjualan. Sejak melakukan penawaran umum perdana pada 2019, saham Aramco meningkat dari harga 32 riyal ke level tertinggi 38,64 riyal pada tahun lalu.

Namun, saham Aramco terus turun pada 2024 dan ditutup pada level 29,95 riyal pada penutupan perdagangan Kamis (24/5/2024). Sampai saat ini, Pemerintah Saudi menjadi pemegang saham terbesar Aramco dengan porsi 90% dari total kepemilikan saham.

Adapun rencana pelepasan saham ini disebut-sebut sebagai upaya Pemerintah Arab Saudi untuk memulai transisi ekonomi yang dikenal sebagai Visi 2030. Dalam visi tersebut, Pemerintah Saudi menempatkan fokus pada perluasan sektor swasta dan pertumbuhan yang berasal dari sumber-sumber non-minyak sebagai pusat pertumbuhan.

Menurut Reuters, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintahan Arab Saudi maupun dari Aramco mengenai rencana pelepasan saham tersebut.

Aramco Berencana Membeli Saham Minoritas Repsol

Di tengah kabar pelepasan saham Pemerintah Arab Saudi, Aramco berencana membeli saham minoritas di unit energi terbarukan perusahaan minyak asal Spanyol, Repsol. Aramco disebutkan telah melakukan pendekatan terhadap Repsol karena tertarik pada aset energi terbarukan yang dimiliki oleh Repsol.

Kabar mengenai penjajakan yang dilakukan Aramco ini datang dari surat kabar ekonomika dan bisnis asal Spanyol, Expansión. Mengutip surat kabar tersebut, Repsol telah memulai pembicaraan untuk menjual saham di bisnis energi terbarukan setelah menerima pendekatan yang intensif dari salah satu raksasa minyak.

Perusahaan tersebut menunjuk Santander, perusahaan jasa keuangan multinasional yang berkantor pusat di Madrid dan Santander, Spanyol, sebagai penasihat penjualan tersebut. Penjualan saham tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan sebagai modal untuk melakukan berbagai rencana strategis Repsol dalam mengembangkan bisnis energi terbarukan hingga 2027 mendatang.

Dua tahun lalu, Repsol menjual 25% bisnisnya kepada unit bank Prancis Credit Agricole (CAGR.PA) dan manajer aset Swiss Energy Infrastructure Partners seharga 905 juta euro atau setara dengan US$ 978,31 juta.

Pada 2022 lalu, kedua perusahaan ini melakukan kesepakatan untuk bersama-sama membangun pabrik bahan bakar sintetis di Bilbao, dengan menggunakan teknologi produksi yang dikembangkan Johnson Matthey dan BP. Melalui sebuah pernyataan yang disampaikan Johnson Matthey, pabrik yang diinisiasi oleh Repsol dan Aramco itu akan menjadi pabrik pertama di dunia yang menggunakan green hydrogen dan karbon dioksida sebagai satu-satunya bahan baku.

Pembangunan fasilitas ini ditargetkan rampung pada 2024 dan memiliki kapasitas produksi sebesar 2.100 ton per tahun. Menurut pernyataan Chief Technology Officer Aramco Ahmad Al-Khowwaiter saat itu yang dikutip dari Arab News, upaya mengubah CO2 menjadi bahan bakar sintetis yang rendah karbon akan memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi. "Melalui kemitraan strategis ini, kami bertujuan untuk memanfaatkan teknologi inovatif yang dapat membuka potensi penuh dari bahan bakar dan bahan kimia berkelanjutan," kata dia.