Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan ada gencatan senjata permanen di Gaza sampai kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan dan semua sandera dibebaskan.
Pernyataan ini muncul setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan Israel telah mengusulkan rencana tiga tahap kepada Hamas yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata permanen. Mengutip BBC, seorang politisi senior Hamas mengatakan bahwa pihaknya akan menyetujui kesepakatan ini jika Israel menyetujuinya.
Negosiasi tersebut dilakukan ketika pertempuran berlanjut di Rafah, dengan adanya laporan serangan udara Israel pada Sabtu (1/6).
Meski negosiasi terkait gencatan senjata terus dijalankan, serta adanya keinginan Hamas untuk menerima usulan, tidak ada jaminan bahwa negosiasi akan menghasilkan kesepakatan. Ini karena dalam pernyataan resminya, Netanyahu menegaskan bahwa kondisi Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.
Perdana Menteri Israel tersebut, menyebutkan ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam peperangan kali ini, yaitu penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, pembebasan semua sandera, serta memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Netanyahu menambahkan, bahwa Israel akan terus bersikeras bahwa persyaratan ini harus dipenuhi sebelum menyetujui gencatan senjata permanen. Ia juga menekankan, bahwa tidak ada kesepakatan yang dapat ditandatangani sebelum memenuhi persyaratan tersebut.
Sebelumnya, pada Jumat (31/5) Presiden AS Joe Biden mengumumkan usulan kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan membuka jalan bagi terwujudnya gencatan senjata permanen.
Fase pertama akan mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh, penarikan pasukan Israel dari daerah berpenduduk dan pertukaran beberapa sandera dengan tahanan Palestina. Ini kemudian akan diikuti dengan kembalinya semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara laki-laki.
Fase terakhir adalah pengembalian jenazah sandera Israel yang meninggal, serta rencana rekonstruksi besar-besaran dengan bantuan AS dan komunitas internasional, untuk membangun kembali rumah, sekolah, dan rumah sakit.
Menyusul pernyataan Netanyahu mengenai tujuan perang tersebut, juru bicara Hamas mengatakan pihaknya akan mendukung rencana tersebut jika Israel melakukan hal tersebut.
Basem Naim, anggota biro politik Hamas yang berbasis di Qatar mengatakan, bahwa organisasi tersebut menyambut baik rencana tersebut. Namun, langkah selanjutnya bergantung pada Israel. Menanggapi pernyataan Netanyahu, ia mencatat bahwa tujuan Israel mungkin tidak berubah, namun mereka juga belum mencapainya.
“Jika mencoba melanjutkan, Israel tidak akan menemukan apa pun kecuali kesiapan rakyat Palestina untuk melawan pendudukan,” kata Naim, dikutip dari BBC.
Proposal yang diusung Biden tampaknya memberikan kesempatan bagi Israel dan Hamas untuk mengatakan bahwa tuntutan mereka telah dipenuhi.
Bagi Hamas, hal ini secara eksplisit membuka jalan bagi gencatan senjata permanen, yang telah menjadi tuntutan utama kelompok tersebut dalam setiap kesepakatan. Mereka menginginkan jaminan bahwa militer Israel tidak akan kembali ke Gaza setelah para sandera dibebaskan, dan tawaran tersebut memenuhi hal tersebut.
Tuntutan Hamas, dikhawatirkan akan mendapatkan tentangan dari pihak Israel dan harapan gencatan senjata di Gaza dapat tidak tercapai. Oleh karena itu, Biden mencoba mengatasi kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa Hamas sudah sangat terdegradasi sehingga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan serangan besar lagi terhadap Israel.