Fokus Nuklir: Perkembangan Senjata Penghancur Massal, Siapa Punya Apa?

Ilustrasi Bom Nuklir atau Senjata Penghancur Massal
15/8/2024, 16.16 WIB

Lebih dari 12.100 unit senjata nuklir tersebar di berbagai belahan dunia sekarang ini. Senjata ini milik sembilan negara yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, Prancis, China, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara. Namun, hampir 90 persennya kepunyaan AS dan Rusia.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan saat Perang Dingin 1947, ketika terdapat sekitar 60.000 senjata di seluruh dunia. Namun, ancaman terhadap kemanusiaan tidak berkurang. Pasalnya, daya ledak senjata nuklir modern bisa ratusan kali lipat bom atom atau bom primitif yang menghancurkan Hirosima dan Nagasaki pada 1945. 

Berdasarkan catatan sejarah, senjata nuklir paling mematikan yang pernah dibuat dan diuji adalah Tsar Bomba, yang dikembangkan oleh Uni Soviet. Bom ini merupakan bom nuklir terbesar yang pernah diledakkan, dengan daya ledak sebesar 50 megaton TNT, sekitar 3.300 kali lebih kuat dibandingkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. 

Meskipun memiliki daya ledak yang luar biasa, Tsar Bomba tidak pernah menjadi senjata praktis karena ukurannya yang besar dan berat. Bom ini dikembangkan sebagai bentuk unjuk kekuatan selama Perang Dingin. Tidak ada bom lain dengan skala sebesar ini yang dibuat setelahnya. 

Perjanjian pengendalian senjata internasional, seperti Perjanjian Pelarangan Uji Coba Sebagian (Partial Test Ban Treaty) tahun 1963 dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty) tahun 1968, turut mencegah pengembangan dan pengujian senjata nuklir super besar seperti Tsar Bomba. Namun, daya ledak senjata nuklir yang ada saat ini tak kalah mengerikan dari Tsar Bomba. 

Saat ini, inventori senjata nuklir negara-negara lebih ke jenis rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missiles) dan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (Submarine-Launched Ballistic Missiles). Rudal-rudal ini biasanya membawa hulu ledak termonuklir, yang memanfaatkan fusi nuklir dan fisi atom untuk menghasilkan ledakan besar. Meskipun lebih kecil dari Tsar Bomba, hulu ledak ini tetap memiliki daya hancur yang luar biasa dan mampu meluncur dengan presisi tinggi.

Hulu ledak termonuklir yang juga dikenal sebagai bom Hidrogen atau "H-bomb"  bisa menciptakan ledakan ratusan kali lebih kuat dari bom atom. Dalam sebuah podcast tahun 2005, Siegfried Hecker, mantan Direktur Laboratorium Nasional Los Alamos, laboratorium pengembangan nuklir AS, menyebut bom hidrogen sebagai “Bagian utama dari persenjataan nuklir AS juga Rusia.”

Mengacu pada Union of Concerned Scientist, lembaga nirlaba di bidang ilmu pengetahuan yang berbasis di AS, hulu ledak di satu kapal selam nuklir AS saja memiliki kekuatan penghancur tujuh kali lipat dari semua bom yang dijatuhkan selama Perang Dunia II, termasuk dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang. AS memiliki setidaknya sepuluh kapal selam tersebut di laut. “Hampir semua kekuatan nuklir utama — termasuk AS, Rusia, dan China — tengah meningkatkan secara signifikan persenjataan nuklir mereka dalam ukuran maupun kemampuan.”

 

 

Ancaman Serius dari Senjata Kimia dan Biologis

Selain senjata nuklir, dunia dibayangi senjata pemusnah massal berupa senjata biologis dan kimia. Senjata biologis menggunakan patogen, seperti bakteri, virus, dan jamur, atau racun yang dihasilkan oleh organisme, untuk menyebabkan penyakit, kematian atau kerusakan luas. Sedangkan senjata kimia memanfaatkan bahan kimia beracun yang menimbulkan efek mematikan atau melumpuhkan pada manusia dan lingkungan. 

Kedua jenis senjata ini dilarang keras oleh hukum internasional melalui Konvensi Senjata Biologis (Biological Weapons Convention/BWC) tahun 1972 dan Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention/CWC) tahun 1997. Namun, sejumlah negara dilaporkan masih memiliki dan mengembangkan senjata-senjata ini. Di bawah ini, sejarah aktivitas senjata kimia dan biologis hingga 2022, mengacu pada Our World in Data.