Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno terus berupaya untuk melakukan inovasi, adaptasi dan kolaborasi demi memajukan pariwisata di tengah pandemi dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah program wisata kesehatan.
“Kita sekarang menggerakkan wisata kesehatan sebagai salah satu program utama yang paling tidak diarahkan kepada wisatawan Nusantara untuk tidak keluar negeri,” kata Sandiaga dalam konferensi pers virtual, Senin (30/8).
Dalam menerapkan program wisata kesehatan atau health destination ini, pihaknya menetapkan tiga destinasi prioritas yakni Jakarta, Medan dan Bali. Sementara untuk promosi program ini, Kemenparekraf akan menyasar wisatawan nusantara yang selama ini mendapatkan pelayanan kesehatan atau pengobatan di luar negeri.
“Kita fokus kepada good quality agar fasilitas kesehatan kita bisa bersaing dengan fasilitas kesehatan luar negeri terutama dari aspek pelayanan,” kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Diketahui sebelumnya, wisata kesehatan ini merupakan program kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia guna pengembangan program Wisata Kesehatan di Indonesia periode 2021 - 2024.
Dari hal ini, Kemenparekraf turut menggandeng berbagai instansi baik dari lintas kementerian lainnya, maupun pihak swasta seperti menggandeng Perkumpulan Dokter Wisata Indonesia guna bekerja sama mendukung wisata kesehatan di Indonesia.
Sementara itu, wisata kesehatan di Indonesia sendiri terdiri menjadi dua bagian, diantaranya wisata Medical Tourism dan wisata Wellness Herbal Tourism. Ia menyebut, sampai saat ini antusiasme masyarakat terhadap program wisata kesehatan sangat tinggi, khususnya di Bali terutama di bidang kebugaran dan kecantikan.
Pembukaan Bali hanya tinggal menunggu status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Bali turun menjadi level 3. Ia memfokuskan untuk mengurangi penukaran melalui transmisi lokal.Namun, dia menegaskan bahwa rencana pembukaan destinasi wisata Bali tetap harus memastikan beberapa prakondisi seperti, end to end implementasi CHSE yang harus sudah selesai, serta infeksi baru Covid-19 di wilayah tersebut harus di bawah 100.
“Dan juga end-to-end CHSE maupun penerapan aplikasi PeduliLindungi seiring juga nanti koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kemenkomarves mengenai pembukaan dari dan untuk pasar Bali. Karena ini harus dikoordinasikan agar kita bisa menentukan kesiagaan dan kesiapan kita terkait penanganan Covid-19,” ujar pejabat kelahiran Rumbai, Pekanbaru tersebut.
Pihaknya juga akan terus mensosialisasikan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di destinasi-destinasi wisata. Selain itu, ia mengupayakan agar program protokol kesehatan berbasis CHSE, yakni Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan), juga dapat terintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi.
“Tapi perlu sosialisasi yang gencar, sehingga PeduliLindungi ini bisa menjadi bagian dari protokol kesehatan, QR codenya lebih terdistribusi, dan masyarakat lebih mengerti tentang penggunaan aplikasi ini,” kata dia.