Ikan Buntal: Jenis, Racun, dan Kelayakan untuk Dikonsumsi

Pexels.com
Bentuk ikan buntal ketika merasa terancam.
Penulis: Husen Mulachela
Editor: Safrezi
18/10/2021, 17.32 WIB

Ikan ini menyantap ikan kecil, moluska, krustasea, dan siput. Spesies ini membutuhkan makanan yang bervariasi yang terdiri dari makanan yang dikupas guna membantu menjaga kesehatannya dan mencegah pertumbuhan gigi yang berlebihan.

2. Ikan buntal mini

Ikan buntal mini atau Mini Puffer Green Spotted memiliki ukuran mungil sehingga cocok untuk diperlihara di akuarium. Ikan yang hanya dapat tumbuh hingga 15 cm ini sering memangsa siput cangkang kecil hingga cacing beku. Ikan buntal mini dijual dengan harga yang cukup murah, yakni Rp20.000.

3. Fahaka Puffer

Ikan buntal air tawar ini cukup populer di kalangan kolektor ikan hias dan banyak ditemukan di pasaran. Namun, jika berminat memelihara Fahaka Puffer, pastikan untuk menyediakan akuarium dengan ukuran yang cukup besar, sebab ikan ini bisa tumbuh hingga 45 cm.Ikan buntal Fahaka Puffer dijual mulai dari Rp50.000 per ekornya.

4. Congo Puffer

Ikan yang cukup langka ini dapat berubah warna menjadi coklat, merah, hingga warna pucat. Keunikan tersebut membuatnya dibanderol dengan harga yang cukup mahal, yaitu mulai dari Rp1 juta per ekornya.

Apakah Ikan Buntal Bisa Dikonsumsi?

Mengutip Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, ikan buntal secara umum dipercayai sebagai vertebrata paling beracun kedua di dunia setelah katak racun emas. Racun TTX ikan buntal dapat mematikan saluran sodium di sistem saraf.

Berdasarkan hasil analisis, kematian dapat terjadi pada asupan sebanyak 25 mg secara oral pada manusia dengan asumsi berat badan 75 kg. Racun ini akan bereaksi pada korban hanya dalam kurun waktu kurang dari setengah jam.

Meski mematikan, di sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok, beberapa spesies ikan buntal dijadikan sebagai hidangan yang disiapkan oleh juru masak profesional dan bersertifikat khusus. Juru masak ini mengetahui bagian tubuh mana yang aman dikonsumsi dan seberapa banyak kadarnya.

Meski begitu, di Jepang setidaknya terdapat 5-10 kasus keracunan per tahunnya akibat mengonsumsi ikan buntal dan sebagian korban yang mengalami keracunan tersebut tidak dapat diselamatkan.

Dengan potensi racun yang ada di ikan buntal, mengolah ikan ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan masyarakat yang pada umumnya tidak memiliki keahlian teknik mengolah hewan dengan nama lain ikan buntek ini.

Satu-satunya pertolongan terhadap korban keracunan ikan buntal adalah dengan mendapat perawatan medis di rumah sakit. Dokter akan memberikan beberapa penanganan, seperti memberikan oksigen melalui alat bantu pernapasan, melakukan prosedur pengosongan lambung, memberikan cairan atau tablet yang aktif membersihkan lambung, hingga melakukan cuci darah.

Halaman: