Bipolar atau mania depresif adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, konsentrasi, dan tingkat aktivitas. Gangguan mental ini kerap disalah artikan seabagai kelainan karakter atau kecacatan mental.
Pasalnya, ciri-ciri bipolar biasanya ditandai dengan gejolak emosi yang berlebihan. Padahal tidak hanya itu ciri-ciri bipolar yang khas pada penderita penyakit bipolar.
Ciri-ciri Bipolar
Dikutip dari lama hallosehat.com, Bipolar adalah gangguan mental yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang berada di luar kendali penderitanya, seperti genetik (keturunan) dan kelainan fungsi otak.
Sayangnya, tanda bipolar disorder pun kerap diabaikan begitu saja atau hanya dianggap sebagai tanda-tanda stres.
Padahal, bipolar tidak sesederhana stres atau depresi.Gangguan ini disebut bipolar (yang berarti dua kutub) karena penderitanya menunjukkan dua kutub emosi atau suasana hati yang sangat berbeda.
Kutub yang pertama adalah mania, yaitu fase atau episode kebahagiaan ekstrem dan meledak-ledak. Sementara kutub yang kedua adalah depresi, di mana penderitanya akan merasa begitu sedih, sendu, tidak bersemangat, dan sangat lesu.
Pada penderita bipolar, perubahan suasana hati dari mania ke depresi dan sebaliknya merupakan ciri yang paling khas. Namun, yang membedakan gangguan bipolar dengan perubahan suasana hati secara umum adalah intensitasnya.
Penderita bipolar bisa menunjukkan fase mania dan depresi yang sangat parah sehingga mereka dapat kehilangan kendali atas emosinya sendiri. Di setiap fase tersebut pun, baik mania maupun depresi, gejala, tingkat keparahan, dan lamanya muncul gejala bisa bervariasi.
Dilansir dari Mayo Clinic, mania dan hipomania merupakan dua jenis episode yang berbeda, tetapi memiliki gejala yang sama. Hipomania umumnya menunjukkan ciri bipolar disorder yang lebih ringan daripada mania.
Sementara pada mania, gejala bisa lebih parah hingga penderitanya tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari, seperti bersekolah dan kerja, hingga harus masuk rumah sakit.
Fase Mania
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah gejala atau ciri-ciri bipolar diosder yang umum muncul pada fase mania dan hipomania:
- Rasa gembira dan kepercayaan diri yang berlebihan (euforia).
- Berenergi dan bersemangat hingga tidak bisa diam (harus bergerak terus atau berjalan mondar-mandir).
- Bicara sangat cepat tentang banyak topik berbeda yang tidak biasa.
- Tidak merasa ingin tidur atau merasa tidak butuh tidur yang lama.
- Merasa seperti pikirannya berpacu atau tidak terkendali.
- Mudah tersinggung atau perasaannya sangat sensitif.
- Mudah teralihkan.
- Mampu melakukan banyak aktivitas sekaligus.
- Tidak ingin makan atau nafsu makan menurun.
- Membuat keputusan yang buruk atau bertingkah sembrono, seperti belanja gila-gilaan,, mengemudi ugal-ugalan, atau mabuk minuman keras.
Khusus pada fase mania, penderita gangguan bipolar bisa mengalami psikosis, yaitu tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya ada dalam pikirannya. Pada kondisi ini, delusi dan halusinasi merupakan ciri-ciri bipolar disorder yang paling khas.
Fase atau episode depresi mencakup gejala yang cukup parah hingga penderitanya kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada kasus yang lebih parah, fase depresi ini sering kali sangat melemahkan sehingga penderitanya mungkin tidak dapat bangun dari tempat tidur.
Fase Depresi
Secara umum, penderita bipolar pada fase ini akan menunjukan kesedihan atau keputusasaan yang tidak wajar. Berikut adalah ciri-ciri bipolar dalam episode depresi:
- Suasana hati yang tertekan, seperti perasaan sedih, khawatir, hampa, atau putus asa.
- Kehilangan minat atau ketertarikan pada semua atau hampir semua aktivitas, termasuk yang tadinya disukai.
- Kehilangan tenaga dan energi secara drastis.
- Merasa tidak berharga, rasa bersalah yang berlebihan, atau tidak patas (minder).
- Sulit berkonsentrasi.
- Bicara sangat lambat atau banyak lupa.
- Perubahan pola makan secara drastis, entah nafsu makan hilang atau meningkat.
- Menarik diri dari lingkungan dan orang terdekat.
- Tidak mampu melakukan hal-hal sederhana.
- Terobsesi terhadap kematian, ingin bunuh diri, atau percobaan bunuh diri.
Sama seperti fase mania, fase depresi yang parah juga mungkin menimbulkan gejala psikosis, seperti halusinasi atau delusi. Pada kondisi ini, gangguan bipolar dan skizofrenia kerap sulit dibedakan. Penderita bipolar dengan ciri-ciri psikosis pun sering salah didiagnosis sebagai skizofrenia.
Pola Perubahan Fase Depresi dan Mania
Seseorang yang memiliki bipolar disorder mungkin mengalami fase mania lebih sering daripada depresi, atau sebaliknya. Hal ini tergantung pada jenis gangguan bipolar yang dialami.
Tak hanya itu, pola perubahan dari fase mania ke depresi, dan sebaliknya, pun bisa beragam. Siklus atau pola perubahan antar fase ini bisa sangat cepat. Namun, terkadang, perubahannya terjadi secara lambat, sehingga penderita bipolar masih bisa merasakan suasana hati yang normal di antara kedua fase tersebut.
Terkadang pula, seseorang mengalami fase mania dan depresi secara bersamaan. Episode semacam ini disebut dengan fitur campuran.
National Institue of Mental Health menyebut, seseorang yang mengalami episode campuran ini mungkin merasa sangat sedih, hampa, atau putus asa, tetapi pada saat yang sama juga merasa bersemangat.