OPEC+ Pangkas Produksi Terbesar dalam Sejarah, Harga Minyak Terkerek

ANTARA FOTO/REUTERS/Stephanie McGehee
Ilustrasi, pedagang saham Kuwait terlihat di aula perdagangan pasar saham Kuwait Boursa di kota Kuwait, Kuwait, Senin (16/9/2019).
13/4/2020, 08.01 WIB

Dari kesepakatan tersebut, AS, Brasil, dan Kanada akan menyumbang 3,7 juta barel pemangkasan produksi. Kini, pejabat OPEC menunggu pernyataan resmi dari anggota Kelompok 20 lainnya terkait besaran produksi minyak yang dipangkas.

Arab Saudi akan memangkas produksi kurang dari 8,5 juta barel per hari atau level terendah sejak 2011. Sedangkan Meksiko yang sempat menolak kesepakatan, hanya akan memotong 100 ribu barel per hari.

"Saya sangat senang dengan kesepakatan itu,” kata Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada Bloomberg News dalam wawancara beberapa menit setelah kesepakatan dilakukan, dikutip dari The Economic Times, Senin (13/4).

Pemangkasan produksi minyak akan berbeda besarannya dari waktu ke waktu. Setelah Juni, produksi OPEC hanya dipangkas 7,6 juta per hari sampai akhir tahun. Kemudian menjadi 5,6 juta sejak 2021 hingga April 2022.

"Kami ingin mendapatkan kembali stabilitas pasar minyak," kata Pangeran Abdulaziz. (Baca: Harga Minyak Anjlok, PHK di Industri Penunjang Migas Sulit Dihindari)

Head of commodities research at Citigroup Ed Morse mengatakan, kesepakatan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. “Belum pernah terjadi sebelumnya dalam diskusi historis tentang pemotongan produksi, AS memainkan peran penting sebagai perantara antara Arab Saudi dan Rusia untuk kesepakatan OPEC+ yang baru,” kata dia.

Kendati begitu, analis masih mempertanyakan bisa tidaknya pemangkasan produksi minyak ini menekan penurunan harga. Apalagi jumlah kasus pasien terinfeksi Covid-19 terus meningkat di dunia.

(Baca: Harga Minyak Anjlok, SKK Migas Hitung Harga Keekonomian Produksi)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan