Harga minyak mentah Indonesia anjlok imbas pasokan global yang cukup besar. Pangkal sebabnya adalah perang harga antara Arab Saudi dan Rusia dan penurunan permintaan akibat pandemi corona. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi masih menghitung dampaknya ke tingkat keekonomian produksi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Harga minyak Indonesia (ICP) pada Maret 2020 sebesar US$ 34,23 per barel, turun 39,5% atau US$ 56,61 per barel. Sementara dalam asumsi makro APBN 2020, ICP diproyeksi US$ 60 per barel.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan, setiap KKKS memiliki tingkat keekonomian biaya produksi yang berbeda-beda. Ini lantaran ruang lingkup pekerjaan proyek yang juga berbeda.
"Sangat sulit mendapat jawaban pasti, tetapi sesuai dengan keekonomian proyek misalnya IRR dan NPV-nya berapa untuk kondisi tertentu, itu yang terus kita hitung ulang dengan cermat," kata Julius kepada Katadata.co.id, Rabu (8/4).
(Baca: Pertamina EP Pangkas Produksi jika Harga Minyak Indonesia Capai US$ 30)
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menjelaskan, setiap lapangan migas memiliki biaya produksi yang berbeda-beda bergantung wilayah operasi dan volume produksi. "Tetapi secara umum di atas US$ 30 per barel masih bisa survive," ujar Nanang.
Sementara itu, rata-rata biaya produksi minyak perusahaan saat ini berada di level US$ 19 per barel. Ini lantaran produksi dari perusahaaan tak terbatas pada minyak, tetapi gas.
Nanang pun belum dapat memproyeksi hingga kapan tekanan harga minyak akan berlanjut. Pelaku industri hulu migas belum pernah menghadapi situasi penurunan harga minyak seperti saat ini . "Harga rendah seperti ini belum tahu berapa lama, komplikasi dengan Covid 19, lebih kompleks dibanding sebelumnya," kata Nanang.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, PHK di Industri Penunjang Migas Sulit Dihindari)
Pihaknya pun bersiap merevisi rencana kerja jika penurunan harga minyak terus berlanjut. Hitung-hitungannya, jika ICP di bawah US$ 30 per barel, pihaknya bakal mengurangi belanja modal sebesar 20% dan biaya sebesar 30%.
Pengurangan biaya tersebut bakal memangkas produksi minyak Pertamina EP sebesar 5.000 barel minyak per hari (bopd). Adapun target produksi minyak perusahaan sepanjang 2020 mencapai 85 ribu bopd.