Menteri Agama Tawarkan Asrama Haji Dijadikan RS Darurat Corona

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Menteri Agama Fachrul Razi memberi keterangan pers di , Jakarta, Selasa (18/3). Kementerian Agama menawarkan seluruh asrama haji di Indonesia untuk digunakan sebagai rumah sakit darurat Covid-19.
Penulis: Ekarina
28/3/2020, 14.52 WIB

Jumlah kasus masyarakat terinfeksi virus corona terus bertambah di Indonesia, Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, Kementerian Agama menawarkan seluruh asrama haji di Indonesia untuk digunakan sebagai rumah sakit darurat Covid-19.

"Rumah sakit masih kurang. Kami sudah mencoba menawarkan semua asrama haji yang ada di Indonesia bisa digunakan, kapanpun diinginkan," kata Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi, Sabtu (28/3).

Hal itu dia usulkan kepada Pemerintah Daerah maupun satgas Covid-19 untuk mencadangkan asrama haji sebagai salah satu alternatif untuk rumah sakit darurat.

(Baca: Pemerintah Tetapkan Kriteria Pasien Corona yang Dirawat di Wisma Atlet)

Fachrul menyatakan, penggunaan asrama haji sebagai RS darurat sebelumnya sudah dilakukan ketika Kementerian Agama meminjamkan gedung utama Asrama Haji Pondok Gede sebagai fasilitas perawatan pasien dalam pemantauan (PDP).

Fasilitas asrama yang memiliki 70 kamar itu sempat digunakan untuk merawat masyarakat yang berstatus PDP sambil menunggu kepastian akan hasil tes corona. Bagi mereka yang dinyatakan positif akan dikirim ke rumah sakit rujukan.

Fachrul juga sudah menyerahkan bantuan sebesar Rp3 miliar dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang selain dari beranggotakan unsur Kemenag terdapat juga perwakilan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Dia juga menegaskan telah mengalokasikan anggaran Rp300 miliar untuk membantu penganan penyakit yang disebabkan virus corona baru itu. Anggaran itu dihimpun dari sejumlah pos perjalanan dinas di luar dan dalam negeri serta kegiatan reguler.

"Saat ini relokasi anggaran itu dalam proses revisi untuk digunakan dalam program prioritas penanganan Covid-19," kata dia.

Kemenag juga bakal membuat skala prioritas penggunaan anggaran. Salah satunya untuk mendukung RS Haji yang melayani banyak pasien corona.

Sebelumnya, pemerintah telah menyiapan Wisma Atlet sebagai RS darurat corona. Sejak pertama kali dibuka pada 24 Maret, hingga hari ini rumah sakit tersebut telah merawat sekitar 335 pasien. 

(Baca: Ada 424 Orang Terinfeksi Virus Corona di Jakarta, Terbanyak di RI)

Pangdam Jaya Mayjen TNI Eko Margiyono mengatakan, Wisma Atlet awalnya didesain untuk menampung pasien Covid-19 yang berasal dari wilayah Jabodetabek, lantaran potensi pasien positif corona terbanyak berasal dari berbagai wilayah tersebut.

Dia menyebut, berdasarkan skenario terburuk, akan ada 6 ribu hingga 8 ribu orang yang bakal terjangkit corona di Jakarta. Saat ini, ada 472 orang yang telah dinyatakan positif corona di Ibu Kota.

Meski begitu, Wisma Atlet menurutnya tetap menerima pasien yang berasal dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia. “Pada kenyataannya di hari pertama saja ada pasien yang datang dari Surabaya dan Semarang, tapi tetap kami akan terima,” kata Eko.

Wisma Atlet saat ini disebut memiliki daya tampung hingga 3 ribu pasien. Yang mana, 1.700 pasien akan ditampung di Tower 7 Wisma Atlet. Sementara, 1.300 pasien bakal dirawat di Tower 6 Wisma Atlet.

"Jika bertambah buruk bisa akan kami gunakan tower berikutnya yaitu Tower 4 dan 5,” katanya.

(Baca: Baru Sehari Beroperasi, RS Wisma Atlet Rawat 71 Pasien Positif Corona)

Dari sisi penanganan pasien corona, dia menyebut Wisma Atlet berbeda dengan sejumlah rumah sakit lain. Di Wisma Atlet, sistem pelayanan dilakukan secara self handling dan visit video call.

Eko menyebut pasien juga akan melakukan karantina mandiri. Kemudian, akan ada limitasi kontak antara pasien dengan petugas kesehatan di Wisma Atlet.

“Apabila kondisi pasien semkain berat, maka akan dibawa ke rumah sakit rujukan. Sudah ada beberapa pasien yang datang kemudian setelah diperiksa karena berat kembali kita rujuk ke rumah sakit lain,” ujarnya.

Reporter: Antara