Resesi Ekonomi yang Lazim Mengiringi Pandemi Besar di Dunia

ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer
Ilustrasi. Aktivitas bisnis lumpuh karena pandemi virus corona yang dapat memicu resesi global.
Penulis: Sorta Tobing
23/3/2020, 19.42 WIB

Apakah Setiap Pandemi Sebabkan Resesi?

Hubungan antara virus dan resesi ekonomi telah terjadi berulang kali. National Bureau of Economic Research melakukan studi tentang ini. Lembaga riset nirlaba asal AS ini menemukan paling tidak ada dua kejadian flu yang berakhir dengan kejatuhan kondisi ekonomi.

Pertama adalah Flu Rusia pada 1889-1890. Pandemi ini memakan korban hingga satu juta orang secara global. Penyebarannya begitu masif karena berbarengan dengan kemunculan transportasi massal, yaitu kereta api.

Begitu flu tersebut pertama kali ditemukan di Saint Petersburg, dalam waktu empat bulan virus ini menginfeksi banyak orang di belahan bumi bagian utara. Efek selanjutnya adalah resesi pada kawasan itu yang terjadi pada 1890-1891.

(Baca: Stimulus Tangkal Pandemi Corona, The Fed Pangkas Bunga Mendekati 0%)

Lalu, kejadian Flu Spanyol pada 1918. Kemunculannya di akhir Perang Dunia I dan sebelum resesi kembar pada 1918-1919 dan 1920-1921. Pandemi ini menyebabkan jutaan orang meninggal dunia.

Tapi tentu saja tak semua wabah menyebabkan resesi. Virus sindrom pernapasan akut atau SARS pada 2002 sampai 2003 yang menyerang daratan Tiongkok dan Hong Kong, tak sampai membuat ekonomi global kolaps. Observer.com menulis kepanikan karena virus sangat menular dan mematikan cenderung mendorong ketidakstabilan ekonomi.

Penyemprotan disinfektan di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/ama.)

Apa yang Terjadi ketika Resesi?

Melansir dari Britannica.com, sektor usaha yang paling terpukul. Siklus bisnis akan turun, begitu pula produksi dan lapangan kerja. Pada akhirnya hal itu membuat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pun anjlok.

Harapan akan masa depan akan terasa suram ketika terjadi resesi. Hal ini yang menyebabkan rumah tangga dan pelaku usaha menahan diri untuk membeli atau berinvestasi dalam jumlah besar. 

Efek terbesar adalah bisnis terhenti, banyak pemutusan hubungan kerja, dan kenaikan harga. Jika keadaan seperti ini terus berkembang akan menjadi depresi parah, seperti ketika AS mengalami Depresi Besar pada 1930.

Siapa yang Untung dari Resesi?

TheBalance.com menyebut satu-satunya dampak positif dari resesi adalah kondisi suram ini bisa menyembuhkan inflasi. Pemerintah dan politisi akan memfokuskan anggaran dan belanja negara untuk merangsang ekonomi. Kebijakan itu dapat melalui penurunan pajak, meningkatkan bantuan atau program sosial, dan mengabaikan defisit anggaran.

Investopedia mengatakan ada satu pelajaran utama dari setiap resesi. Pelajaran itu adalah resesi selalu diikuti pemulihan yang cukup besar atau rebound di pasar saham. Karena itu, pelaku pasar sebenarnya tidak bisa duduk diam menghadapi penurunan harga saham yang besar saat ini. Justru sekarang kesempatan mereka untuk mengatur ulang portofolio agar bisa meraih rebound cepat dan kuat.

 

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria