Kementerian Perhubungan berencana menyediakan alat sterilisasi virus corona di bandara, terminal, pelabuhan, dan stasiun. Hal ini untuk menekan risiko penularan Covid-19 saat arus mudik Lebaran mendatang.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan alat tersebut saat ini masih diujicobakan di kantornya untuk mengetahui seberapa besar efektivitasnya. Rencananya, pihaknya akan menggandeng Badan Perencanaan Pembangunan Nasional terkait pengandaan alat tersebut.
"Pengadaannya sedang kami pikirkan. Tapi informasi dari pihak yang melaksanakan pekerjaan itu, ada dana di Bappenas," kata dia di Jakarta, Jumat (13/3).
Harga satu unit alat sterilisasi mencapai Rp 70 juta, termasuk dengam cairan desinfektan. Alat sterilisasi tersebut berbentuk serupa alat pemindai suhu tubuh, tetapi berfungsi untuk menyemprotkan cairan disinfektan kepada orang yang melewati alat tersebut dalam waktu 5 detik.
(Baca: Kemenhub Tawarkan Mudik Gratis untuk 59 Ribu Orang, Bisa Daftar Online)
Meski demikian, ia mengaku rencana tersebut masih dimatangkan mengingat pengadaan barang dalam jumlah besardalam menjadi masalah baru. "Sejauh ini kami belum mendapatkan dana tambahan untuk mengatasi virus corona," kata dia.
Budi menjelaskan jika wabah tersebut belum dapat ditangani saat mudik lebaran, diperkirakan jumlah pemudik dengan kendaraan pribadi akan meningkat. Untuk itu, pihaknya menerapkan skenario lainnya dengan melakukan identifikasi masalah-masalah pada titik yang rawan menjadi pusat kemacetan.
"Kami sekarang melakukan identifikasi terhadap beberapa lokasi yang berpotensi menimbulkan persoalan lalu lintas saat lebaran," kata dia.
(Baca: Kasus Positif Corona di Indonesia Meroket Dua Kali Lipat jadi 69 Orang)
Berdasarkan data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia, jumlah pemudik pada H-7 hingga H-1 Lebaran tahun lalu berjumlah 7,2 juta pemudik. Angka ini menurun jika dibandingkan 2018 yang mencapai 8,02 juta pemudik.
Jumlah tersebut diasumsikan pemudik melakukan perjalanan dari kota Jakarta dan sekitarnya ke daerah asalnya di Jawa atau Sumatera. Adapun penurunan terbesar jumlah pemudik dialami moda transportasi udara dari 2,07 juta pada 2018 menjadi 1,5 juta pada tahun lalu.
Untuk moda transportasi jalan dan penyeberangan, penurunan tidak terlalu signifikan. Sementara itu, moda transportasi Kereta Api dan Angkutan Laut masih mengalami kenaikan pemudik.
Di sisi lain, Kemenhub mencatat angka kecelakaan selama arus mudik dan arus balik lebaran 2019 turun 64% dibandingkan dengan 2018.