Harga minyak mentah dunia tercatat turun lebih dari US$ 10 per barel sepanjang tahun ini ke kisaran US$ 50 per barel. Wabah virus corona menjadi faktor penekan harga utama dalam beberapa waktu belakangan. Wabah tersebut berisiko menekan ekonomi dunia sehingga berdampak pada permintaan minyak.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak dunia berada dalam tren turun tahun ini. Harganya sempat mengalami kenaikan mulai awal Februari, namun kembali turun tiga hari belakangan ini. Penurunan terjadi meskipun sebagian besar produksi minyak Libya dihentikan dan adanya kesepakatan pasokan negara-negara OPEC dan OPEC+.
(Baca: Wakil Menteri Kesehatan Iran Tertular Virus Corona)
Harga minyak mentah dunia tercatat kembali meningkat pada perdagangan pagi ini, meskipun masih tampak fluktuatif. Saat berita ini ditulis, harga minyak WTI tercatat US$ 50,27 per barel, naik 0,74% dibandingkan penutupan perdagangan sesi sebelumnya. Sedangkan harga minyak Brent US$ 55,22 per barel, naik 0,49% dibandingkan penutupan perdagangan sesi sebelumnya.
Penurunan harga minyak dunia terjadi di tengah berita meluasnya berita penyebaran virus corona di beberapa negara. "Kekhawatiran akan permintaan telah menyapu kenaikan yang berhasil tercapai dalam beberapa pekan,” kata Direktur Energi Masa Depan Mizuho di New York Bob Yawger seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/2).
(Baca: Kurs Rupiah Melemah Sepekan, Tembus Rp 13.900/US$)
Reuters memberitakan, kekhawatiran terkait penyebaran virus corona meningkat setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memperingatkan warga AS untuk bersiap seiring meningkatkan laporan kasus infeksi virus tersebut di beberapa negara.
Di tengah kekhawatiran tersebut, indeks saham di berbagai bursa dunia pun jatuh ke level terendah sejak awal Desember 2019, dan imbal hasil surat utang benchmark AS jatuh ke rekor terendah.
(Baca: Kapitalisasi Pasar Saham AS Amblas Rp 24.000 Triliun Imbas Corona)
Adapun harga minyak bisa semakin tertekan imbas laporan permintaan minyak mingguan AS. American Petroleum Institute (API) mengatakan bahwa stok minyak mentah naik 1,3 juta barel pekan lalu. Adapun jajak pendapat Reuters menunjukkan ekspektasi kenaikan 2 juta barel.
Meski begitu, harga minyak bisa mendapat sokongan dari OPEC+ yang sedang mempertimbangkan soal perlu tidaknya pemangkasan produksi lebih lanjut. Meskipun, muncul keraguan soal kemungkinan tersebut.
"Keraguan muncul tentang kesediaan OPEC+ untuk memperpanjang dan memperluas pengurangan produksi," kata Analis Commerzbank Eugen Weinberg seperti dikutip Reuters. Adapun anggota OPEC+ akan bertemu di Wina pada 5-6 Maret mendatang untuk memutuskan kebijakan tersebut.