Pasar Waswas Dampak Ekonomi Wabah Corona, Harga Minyak Tergelincir

Medco Energi
Ilustrasi produksi minyak lepas pantai. Harga minyak kembali tergelincir, dipicu kekhawatiran pasar terhadap dampak virus corona.
Editor: Ekarina
18/2/2020, 10.36 WIB

Harga minyak mentah dunia kembali turun setelah sempat menanjak pada sesi sebelumnya. Turunnya harga minyak dunia dipicu adanya kekhawatiran pasar akan dampak virus corona terhadap pasar keuangan dan permintaan minyak Tiongkok. 

Dikutip dari Bloomberg pada Selasa (18/2) pukul 10.15 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak April 2020 turun 0,9% ke level US$ 57,10 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 turun 0,63% menjadi US$ 51,72 per barel.

(Baca: Korban Tewas Corona 1.868, Tiongkok Tunda Pertemuan Parlemen Tahunan )

"Meskipun ada kemungkinan permintaan mengarah pada pemulihan di kuartal kedua, namun masih terlalu dini menyatakan kekhawatiran pasar minyak telah mereda," kata Kepala Strategi Pasar di AxiCorp, Stephen Innes dikutip dari Reuters. 

Saham berjangka AS tergelincir dari sebelumnya mencetak rekor, setelah perusahaan teknologi Negeri Paman Sam, Apple Inc mengatakan tidak bisa memproyeksikan pendapatan kuartalannya di Maret mendatang. Hal ini dikarenakan wabah coronavirus memperlambat produksi dan menurunkan permintaan produk Apple di pasar Tiongkok .

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) juga mengatakan pekan lalu virus tersebut akan menyebabkan permintaan minyak turun 435.000 barel per hari (bph) secara tahunan (year-on-year) di kuartal pertama 2020. Hal tersebut bakal menjadikan penurunan  minyak kuartalan pertama sejak krisis keuangan 2009.

Namun, dengan beberapa kilang independen Tiongkok mengambil pasokan minyak mentah setelah absen dari pasar selama berminggu-minggu, membuat para pedagang  sedikitnya memiliki harapan bahwa permintaan Negeri Panda dapat pulih dalam beberapa bulan mendatang.

(Baca: Harga Minyak Turun Jelang Rilis Data Ekonomi Asia & Dampak Corona)

Investor juga mengantisipasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menyetujui proposal untuk memperdalam pengurangan produksi untuk memperketat pasokan global dan mendukung perbaikan harga.

OPEC + memiliki perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,7 juta barel per hari hingga akhir Maret.

Sementara, produksi minyak dari Libya telah turun tajam sejak 18 Januari karena blokade pelabuhan dan ladang minyak oleh kelompok-kelompok yang setia kepada komandan yang berbasis di timur, Khalifa Haftar.

Perusahaan minyak nasional Libya, NOC,  pada Senin kemarin mengatakan, produksi minyak berada di 135.745 barel per hari, dibandingkan dengan 1,2 juta barel per hari sebelum penghentian.

Reporter: Verda Nano Setiawan