SKK Migas menyebut jadwal produksi dari proyek Bukit Tua Phase 3 kembali mundur dari rencana yaitu Januari tahun ini. Padahal, jadwal ini sudah mundur dari rencana awal yaitu kuartal IV tahun lalu. Salah satu alasannya yakni terlambatnya pengadaan rig untuk pengeboran.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan, rig pengeboran yang seharusnya tersedia sejak Mei 2019, baru datang pada November 2019. Selain itu, volume hidrokarbon dari hasil pengeboran tidak sesuai harapan.
"Sehingga sedang diupayakan pengeboran side track ke arah target yang berbeda dimana butuh waktu dua bulan," ujar Julius kepada Katadata.co.id, Jumat (14/2). Perkiraannya, proyek yang dikerjakan oleh Petronas Carigali Ketapang III Ltd. ini baru bisa berproduksi pada April mendatang.
(Baca: Pembebasan Lahan Blok Masela Terkendala, SKK Migas: Beres Tahun Ini)
Proyek ini merupakan bagian dari pengembangan lapangan migas Bukit Tua. Proyek ini digadang-gadang mampu memberikan tambahan produksi hidrokarbon sebesar 31,5 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas dan sekitar 3.000 barel per hari (BPD).
Proyek Bukit Tua Phase-3 masuk dalam daftar 12 proyek yang direncanakan berproduksi (onstream) tahun ini. Dari 12 proyek tersebut, tiga di antaranya sudah rampung dikerjakan.
Pertama, proyek Grati Pressure Lowering yang dikerjakan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. dengan kapasitas produksi 30 MMscfd dan estimasi produksi 30 MMscfd. Kedua, proyek Sembakung Power Plant yang dikerjakan oleh Pertamina.
(Baca: Target 1 Juta Barel Maju Jadi 2025, Pertamina Akselerasi Pengeboran)
Terakhir, proyek Randu Gunting yang dikerjakan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) Randu Gunting dengan kapasitas produksi 5 MMscfd dan estimasi produksi 3 MMscfd. "Proyek Randugunting tinggal menunggu penyelesaian pembelinya," ujar Julius.
Delapan proyek lainnya yang dijadwalkan beroperasi pada tahun ini yakni:
- Proyek Buntal-5 yang dikerjakan Medco Energi dan dijadwalkan berproduksi pada Maret 2020. Sama dengan Bukit Tua Pashe-3, awalnya proyek ini masuk dalam daftar proyek onstream tahun lalu namun gagal. Hal ini lantaran rig untuk pengeboran proyek tidak kunjung datang karena masih digunakan di Vietnam.
- Proyek Kompresor Betung yang dikerjakan oleh PT Pertamina EP dengan kapasitas fasilitas produksi 15 MMscfd dengan estimasi mencapai 15 MMscfd. Tahapan yang saat ini dilakukan oleh operator yakni pengerjaan EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Juni 2020.
- Proyek Malaca Strait Phase-1 (EPF) yang dikerjakan oleh EMP Malaca Strait dengan kapasitas fasilitas produksi 3000 barel minyak per hari (bopd) dan estimasi produksi 3000 bopd. Tahapan saat ini yakni proses tender dan dijadwalkan berproduksi pada Juni 2020.
- Proyek Meliwis oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty.Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 20 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 20 MMscfd. Tahapan saat ini yakni EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Juni 2020.
- Proyek Cantik oleh PT Sele Raya Belida II dengan kapasitas fasilitas produksi 2,5 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 2,5 MMscfd. Tahapan saat ini yakni EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Juli 2020.
- Proyek Kompresor LP-MP SKG-19 oleh Pertamina EP dengan kapasitas fasilitas produksi 150 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 150 MMscfd. Tahapan saat ini yakni EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Juli 2020.
- Proyek Peciko 8A oleh Pertamina Hulu Mahakam dengan kapasitas fasilitas produksi 8 MMscfd dan estimasi produksi sekitar 8 MMscfd. Tahapan saat ini yakni EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Agustus 2020.
- Proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd. Proyek ini ditargetkan onstream pada September 2020 dengan kapasitas fasilitas 400 MMscfd dan estimasi produksi 360 MMscfd.