Presiden Joko Widodo menilai relisasi pertumbuhan ekonomi pada 2019 patut disyukuri meski hanya mencapai 5,02%. Pertumbuhan ekonomi tersebut melambat dibanding 2018 sebesar 5,17% dan terendah sejak 2015.
“Alhamdulillah, patut kita syukuri bahwa pertumbuhan ekonomi masih di atas 5%,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2).
Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu juga berada di bawah target APBN 2019 sebesar 5,3%. Sepanjang pemerintahan Jokowi pada 2014-2019, target pertumbuhan ekonomi tak pernah mencapai target, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Pertumbuhan ekonomi India yang sebelumnya berada di atas Indonesia anjlok cukup dalam. IMF bahkan memproyeksi ekonomi Negeri Bollywood tersebut hanya akan tumbuh 4,8% pada 2019. Sementara pada kuartal II 2019, ekonomi India anjlok dari 8% pada kuartal II 2018 menjadi 5%.
“Patut kita syukuri. Yang lain-lain bukan hanya turun tetapi anjlok,” kata Jokowi.
(Baca: Ekonomi RI Tahun Lalu Tumbuh Terendah Sejak 2015, Berikut Faktornya)
Menurut dia, mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5% dalam kondisi saat ini begitu sulit. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dinilai merupakan hasil dari komunikasi yang lancar antara pemerintah, Bank Indoesia, dan Otoritas Jasa Keuangan.
Jokowi pun menekankan untuk tak bersikap pesimistis terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Pasalnya, optimisme dunia internasional terhadap ekonomi Indonesia saat ini justru tengah membaik. Ini ditunjukkan dengan kenaikan peringkat utang Indonesia dari BBB menjadi BBB+ yang diberikan oleh Japan Credit Rating Agency, Ltd.
"Jangan sampai mengambil hal-hal yang pesimis. Saya enggak mau,” ungkap dia.