Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membenarkan bahwa perusahaan ventura asal Jepang, Softbank Group tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia.
"Ya, salah satunya (Softbank)," kata Suharso usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/12). Selain Softbank, ia mengklaim ada banyak perusahaan lain yang ingin ambil bagian dalam pembangunan ibu kota baru.
Namun, ia menjelaskan, belum ada kepastian siapa-siapa saja yang betul-betul akan terlibat. Sebab, rencana pembangunan ibu kota baru masih dalam kajian. "Wong gambarannya belum. kalau sudah firmed, tentu orang bilang, 'oh ya saya mau ini'," kata Suharso.
(Baca: Mantan Bos Bank Dunia Incar Proyek Infrastruktur RI Rp 42 Triliun)
Sebelumnya, Bos Softbank Masayoshi Son dikabarkan berencana untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia. Berdasarkan informasi yang diperoleh katadata.co.id, tim dari Masayoshi Son mengunjungi Indonesia pada awal Desember lalu untuk membicarakan kemungkinan investasi di ibu kota baru.
Pemerintah memang merencanakan peran besar investor swasta dalam mendanai pemindahan ibu kota. Dalam rencana awal Bappenas, hanya 19,2% dana pemindahan ibu kota berasal dari APBN.
Selebihnya, sebesar 54,6% bakal didanai melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha, sedangkan 26,2% lainnya murni dari investor swasta. Meskipun, Bappenas sempat menyebut porsi pendanaan ini masih dalam pengkajian.
(Baca: Lahan di Ibu Kota Baru Bisa Dibeli dengan Syarat & Tingkat Penghasilan)
Selain Masayoshi Son, Uni Emirat Arab (UEA) disebut-sebut berminat mendanai pemindahan ibu kota. Adapun untuk mendukung pendanaan pembangunan, pemerintah tengah menyiapkan instrumen berupa dana abadi (sovereign wealth fund).
Instrumen ini akan menampung dana dari berbagai pihak yang berupa modal bukan utang. Kemungkinannya, dana abadi ini bakal dibentuk melalui kerja sama dengan UEA dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).