Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Senin (2/12) pagi. Hal tersebut dipicu pernyataan Irak yang memberi sinyal rencana Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memotong produksi tahun ini hingga 1,6 juta barel per hari (bph).
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent pada awal pekan ini naik 82 sen dolar Amerika Serikat (AS) menjadi US$ 61,31 per barel. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 99 sen dolar AS menjadi US$ 56,16 per barel.
Menteri Perminyakan Irak Thamer Ghadhban menyatakan OPEC dan sekutunya tengah mempertimbangkan rencana pemangkasan produksi minyak lebih besar lagi tahun ini sekitar 400.000 bph menjadi 1,6 juta bph. Sebelumnya, OPEC dan negara sekutu bersepakat mengurangi pasokan minyak hanya sebesar 1,2 juta bph pada 2019 hingga Maret 2020.
Rencana tersebut diambil demi mendorong harga minyak. OPEC + memang terus berusaha menyeimbangkan pasaokan minyak di pasar demi mendukung harga.
(Baca: Harga Minyak Dunia Merosot Jelang Pertemuan OPEC)
Ghadhban menambahkan produksi minyak Irak pada hari Minggu kemarin telah melampaui komitmen yang telah disepakati dengan OPEC. Irak merupakan produsen minyak terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi.
Negara tersebut mengekspor minyak mentah rata-rata mencapai 3,5 juta bph pada November. Adapun, survei Reuters menunjukkan total produksi minyak negara tersebut rata-rata 4,62 juta bph pada November.
Di sisi lain, Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Jumat lalu mengatakan pihaknya dan negara OPEC bakal menunggu hingga Aril 2020 sebelum membuat keputusan untuk memperpanjang kesepakatan produksi minyak. Namun, pernyataan Novak kemungkinan akan ditentang oleh sebagian besar anggota OPEC.
Apalagi OPEC bakal melaksanakan pertemuan pada awal Desember 2019. Pasar memproyeksi OPEC akan membuat kesepakatan baru dalam pertemuan yang diadakan pada 5-6 Desember 2019 di Wina.
(Baca: Presiden Trump Dukung Demonstran Hong Kong, Harga Minyak Dibuka Turun)