Harga minyak mentah dunia naik tipis setelah mengalami penurunan lebih dari US$ 1 per barel pada perdagangan Rabu (20/11) pagi waktu Indonesia. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran berlebihnya pasokan minyak mentah di tengah ketidakpastian penyelesaian perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang menekan prospek permintaan.
Mengutip Reuters, harga minyak jenis Brent turun US$ 4 sen menjadi US$ 60,95 per barel setelah di sesi sebelumnya bertenggger di angka US$ 60,91. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 9 sen menjadi US$ 55,30 per barel.
Brent telah naik sekitar 15% sejak awal tahun ini berkat kesepakatan negara-negara OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk memangkas produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari 2020.
Di sisi lain, Rusia tampaknya kurang setuju untuk meningkatkan pemangkasan produksi minyak pada pertemuan dengan sesama eksportir bulan depan tetapi dapat berkomitmen untuk memperpanjang pembatasan produksi.
(Baca: Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Terancam Buntu, Harga Minyak Anjlok)
"Data API (American Petroleum Institute) juga menunjukkan persediaan A.S. membukukan kenaikan yang cukup kuat minggu lalu, yang jika dikonfirmasi oleh laporan EIA (Energy Information Administration), kita bisa melihat harga minyak akan terus merosot," katanya.
Data API menunjukan persediaan minyak mentah naik 6 juta barel dalam minggu ini menjadi 15 November menjadi 445,9 juta. kenaikan ini lebih besar dari yang diperkirakan pasar sebelumnya.
Sementara itu OPEC dan sekutunya akan mempertimbangkan apakah akan memperdalam pemangkasan pasokan minyak mentah ketika mereka mengadakan pertemuan berikutnya pada Desember seiring dengan prospek pertumbuhan permintaan yang lemah pada 2020.
Harga minyak juga terpukul oleh kenaikan yang lebih besar dari perkiraan dalam produksi minyak Norwegia dan prospek peningkatan lebih lanjut dalam persediaan minyak mentah AS, menunjukkan pasokan yang cukup.
(Baca: Harga Minyak Rendah & Rupiah Kuat, Realisasi Subsidi Energi Turun 16%)