Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia menjabat salah satu menteri di kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Bahlil menyatakan dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi dia membahas mengenai pertumbuhan ekonomi baru dan pemerataan dari Aceh hingga Papua.
Bahlil enggan memberitahukan jabatan menteri yang akan diembannya. "Presiden paling tahu tapi tidak jauh dari ekonomi. Bisa UMKM, investasi, perdagangan, yang tahu hanya Jokowi," kata Bahlil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10).
(Baca: Bahlil Lahadalia, Fachrul Razi dan Ida Fauziyah Kunjungi Istana)
Dia juga menyatakan tantangan pemerintahan ke depan yang dihadapi bagaimana mendatangkan investasi hingga ke daerah. "Regulasi menjadi salah satu problemnya, (bagaimana merealisasikan) investasi dari kabupaten, provinnsi dan pusat," kata Bahlil.
Bahlil mengatakan kunjungannya ke istana setelah dihubungi protokol. Dia tiba sekitar pukul 13.11 WIB. "Semalam dihubungi protokol," kata dia.
Presiden Jokowi pernah menyebut Bahlil cocok menjadi menteri. Hal tersebut ia sampaikan ketika acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) dan Buka Puasa Bersama Hipmi di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Minggu (26/5).
(Baca: Bahlil Lahadalia, Mantan Penjaja Kue yang Menuju Kursi Menteri Jokowi)
Jokowi menunjuk Bahlil ke kabinet tak lepas dari perannya di Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Dalam Sidang Dewan Pleno II dan Rapimnas Hipmi 2018, ia gencar mengajak anggota Hipmi untuk memilih Jokowi-Maruf.
Bahlil merupakan pria kelahiran Banda, 7 Agustus 1976 ini sejak kecil sudah menunjukkan kemampuannya berwirausaha. Dia tinggal dalam kemiskinan di Papua dan sejak kecil telah bekerja. Berbagai pekerjaan kasar seperti penjaja makanan, kondektur angkot, berjualan ikan di pasar, dan menjadi sopir angkot pernah dijajalnya.
Sembari bekerja, Bahlil membiayai pendidikannya hingga kuliah di Jayapura. Selesai kuliah, ia dan temannya membangun perusahaan, dimulai dari perusahaan konsultan keuangan dan teknologi informasi (TI). Peran Bahlil di perusahaan ini adalah menjadi direktur wilayah Papua.
Perusahaannya dapat berkembang dengan karyawannya mencapai 70 orang. Setelah sukses, Bahlil meninggalkan perusahaan tersebut dan membangun perusahaan perdagangan (trading) kayu. Kini, pria lulusan Sekolah Tinggi Ekonomi Port Numbay, Jayapura itu telah merasakan hasil jerih payahnya. Perusahaan yang dirintisnya, PT Rifa Capital, menjadi induk dari sepuluh perusahaan.
(Baca: Merapat ke Istana, Basuki Beri Sinyal Lanjutkan Jabatan di Kemen PUPR)