Profil Syahrul Yasin Limpo, Politisi Nasdem Calon Menteri Jokowi

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Politisi Partai Nasdem Syahrul Yasin Limpo tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Penulis: Hari Widowati
22/10/2019, 15.13 WIB

Politisi Partai Nasdem Syahrul Yasin Limpo terlihat mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10) siang. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam.

Syahrul merupakan salah satu kader Nasdem yang namanya diajukan untuk menjadi calon menteri kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Belum jelas posisi menteri apa yang ditawarkan kepada Syahrul. Kabar yang santer beredar menyebut Syahrul akan menempati posisi sebagai menteri pertanian atau menteri kelautan dan perikanan.

Syahrul Yasin adalah putra kedua dari pejuang kemerdekaan Haji Muhammad Yasin Limpo yang juga pendiri Partai Golkar di Makassar. Ibunya adalah Nurhayati Yasin Limpo.

Ia lahir di Ngawing, Makassar pada 15 Maret 1955. Setelah lulus dari SMA Katolik Cendrawasih Makassar pada 1973, Syahrul kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Ia meraih gelar sarjana hukum pada 1983. Ia juga menuntaskan pendidikan pascasarjananya di Universitas Hasanuddin pada 2004 lalu melanjutkan ke program doktoral di universitas yang sama.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan periode 2008-2018 ini meniti kariernya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sejak 1980. Ia menjabat sebagai kepala Seksi Tata Kota Makassar pada 1982. Kemudian, ia diangkat menjadi kepala Sub Bagian Perangkat IV dan V Biro Pemerintahan Makassar pada 1983.

Karier Syahrul terus menanjak. Ia menjadi kepala wilayah kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa pada 1984 lalu kepala Bagian Pemerintahan Setwilda Tingkat I Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 1987. Ia menjadi kepala Bagian Pembangunan Setwilda Tingkat I Sulsel dan kepala bagian Urusan Generasi Moda dan Olahraga Setwilda Tingkat I Sulsel pada 1989.

Pada 1991, Syahrul dipercaya menjadi Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa. Dua tahun kemudian, ia naik pangkat menjadi Kepala Biro Humas Setwilda Tingkat I.

Syahrul pun mulai aktif di berbagai organisasi, antara lain sebagai sekretaris Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel (1990-1993) dan ketua DPP Angkatan Muda Pembangunan Indonesia (AMPI) Sulsel (1993-1998). Ia juga menjabat sebagai sekretaris SPP Golkar Sulsel (1993-1999). Jabatan tertingginya di Golkar adalah sebagai ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar Sulsel periode 2009-2018.

(Baca: Politisi Nasdem Syahrul Yasin Limpo Dipanggil Jokowi ke Istana)

Dari Bupati Gowa ke Gubernur Sulsel

Syahrul menjadi Bupati Gowa pada periode 1994-2002. Di masa pemerintahan Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, Syahrul menjadi wakil gubernur Sulsel periode 2003-2008. Gubernur Sulsel waktu itu adalah Amin Syam.

Syahrul mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung yang pertama pada 2007. Ia menjadi calon gubernur Sulsel berpasangan dengan Agus Arifin Nu'mang (Ketua DPRD Sulsel). Pasangan ini diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

Syahrul bersaing ketat dengan rivalnya, Amin Syam yang merupakan ketua DPD Golkar Sulsel yang berpasangan dengan Mansyur Ramli. Amin-Mansyur diusung oleh Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan beberapa partai kecil. Pasangan Syahrul Yasin-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) memenangi Pilkada Sulsel dengan perolehan suara 39,53%. Perolehan suara tersebut selisih tipis dengan Amin-Mansyur yang mendapatkan 38,76% suara.

Di bawah kepemimpinan Syahrul, Sulsel meningkatkan posisinya sebagai provinsi penyangga beras nasional dengan produksi 4,04 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2008 dan 5,08 juta ton GKG pada 2009. Luas lahan persawahan juga meningkat dari 792.641 hektare pada 2008 menjadi 868.411 hektare pada 2009. Ketika krisis keuangan melanda dunia, Sulsel berhasil mengekspor 8 ribu ton jagung ke Filipina pada Maret 2009.

(Baca: Laiskodat Mundur, NasDem Ajukan Enggar hingga Plate Jadi Calon Menteri)

Pindah ke Nasdem

Meski memiliki sejarah panjang sebagai kader Golkar, Syahrul Yasin akhirnya berpindah haluan ke Partai Nasdem pada Maret 2018. Ia tertarik bergabung dengan partai yang didirikan oleh Surya Paloh itu karena Nasdem tidak meminta mahar kepada kadernya yang ingin menjadi kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun DPRD.

"Saya hari ini menyatakan tidak mempedulikan jabatan dan posisi apa nantinya. Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, saya menyatakan bergabung dengan Partai Nasdem," kata Syahrul seperti dikutip Kompas.com, 21 Maret 2018. Ia pun dipercaya menjabat sebagai ketua DPP Nasdem sejak 2018.

Pada Pemilu Legislatif 2019, Syahrul kembali maju menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari daerah pemilihan (dapil) II Sulsel. Dapil tersebut meliputi Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare. Namun, Syahrul gagal lolos ke Senayan.

(Baca: Masuk Kabinet, Syahrul Yasin Limpo Singgung Pertanian dan Perikanan)

Diajak Berdiskusi Soal Isu Pertanian dan Perkebunan

Usai bertemu Jokowi, Syahrul enggan mengungkapkan jabatan apa yang ditawarkan presiden kepadanya. Namun, ia mengaku diajak berdiskusi soal pertanian dan perkebunan.

"Lebih khusus (ditanya) bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan lainnya," ujar Syahrul kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (22/10). Ia berjanji akan bekerja keras. Pengalamannya selama 25 tahun di birokrasi dinilai menjadi bekal yang cukup untuk menjalankan tugasnya nanti.

(Baca: Politisinya Jadi Calon Menteri, NasDem Tegaskan Bukan Oposisi)