Terpidana Mati Hadapi Tantangan dari Soal Makanan hingga Depresi

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Lapas Nusakambangan
10/10/2019, 16.28 WIB

"Jadi para petugas lapas tidak memberikan tindakan, karena bukan kapasitasnya. Biasanya tindak lanjutnya hanya diserahkan ke rohaniawan, bukan dokter," kata dia.

Dalam beberapa kasus, Arif menyebut para terpidana mati yang mengalami depresi justru mengalami tindak kekerasan. Mereka pun tak jarang ditahan di dalam sel isolasi karena mengalami depresi.

Menurut dia, kondisi ini terjadi karena minimnya pemahaman para petugas Lapas dalam menangani kesehatan mental para terpidana yang mengalami depresi. "Selain itu faktor anggaran kesehatan bagi terpidana masih minim," ucapnya.

(Baca: Perang Narkoba di Pesisir Indonesia)

Atas berbagai persoalan itu, Arif merekomendasikan perubahan Peraturan Pemasyarakatan guna memenuhi standar internasional untuk semua kategori Lapas. Para petugas Lapas juga perlu dilatih dalam memperlakukan narapidana, khususnya para terpidana mati.

Ia juga meminta adanya peningkatan anggaran perawatan kesehatan dan makanan di dalam Lapas. Lebih lanjut, ia meminta agar ada akses obat-obatan yang sesuai dengan kondisi medis para terpidana mati.

Kemudian, ia meminta adanya izin akses bagi LSM dan organisasi kemanusiaan untuk memantau kondisi lapas dan memberikan bantuan kepada para tahanan. "Kami juga mendesak tindakan kekerasan yang harus diproses secara transparan dan akuntabel di lapas," kata dia.

Halaman: