Kerusuhan hingga Tuntutan Referendum di Papua

ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Seorang warga berada di puing bangunan yang terbakar di Jayapura, Papua, Jumat (30/8/2019). Sejumlah bangunan dan kendaraan terbakar saat aksi massa berbuntut rusuh terjadi sehari sebelumnya.
Penulis: Sorta Tobing
30/8/2019, 16.50 WIB

Ini baru isu kemiskinan. Belum lagi soal kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Semua itu rasanya tak pernah didapat secara merata oleh penduduk Papua.

Provinsi itu justru menjadi daerah berkonflik. Kelompok bersenjata tak pernah hilang. Beberapa di antaranya menuntut kemerdekaan mutlak Papua, sampai memiliki bendera Bintang Kejora. Inilah lambang kebebasan mereka, meskipun pemerintah menganggapnya simbol kelompok separatis.

Kondisi Pasca-Rusuh di Jayapura

Demonstrasi di depan Istana Negara itu merupakan rentetan pasca kejadian bernuansa rasialisme di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, serta Semarang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Sebelumnya, terjadi aksi massa hingga pembakaran gedung di Manokwari, Sorong, hingga Fakfak.

Kemarin kerusuhan terjadi di Jayapura. Pusat perbelanjaan besar seperti Mal Jayapura tutup sejak pukul 12.30 WIT. Sejumlah perkantoran seperti Kantor Distrik Abepura, Kantor Wilayah Pos Maluku dan Papua, serta Badan Pusat Statistik (BPS) Papua dikosongkan.

Selain itu, Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) di Distrik Abepura, Kota Jayapura dibakar massa. Asap sempat muncul dari arah gedung yang terbakar. Hotel Horison Kotaraja juga tak luput dari sasaran amuk dan lemparan batu massa. Sejumlah kafe dan hotel pun memilih tidak membuka layanannya.

(Baca: Kerusuhan Papua, Jokowi Akan Bertemu Tokoh Setempat Pekan Ini)

Tak hanya itu, mobil dinas milik Dandim 1701 Jayapura Letnan Kolonel Inf Johanes Parinusa dibakar oleh massa. Mobil dibakar saat Johanes memantau kegiatan para pendemo di Expo, Waena.

Demonstrasi besar ini terjadi sehari setelah pecah kerusuhan di Kabupaten Deiyai. Dalam peristiwa tersebut dua warga sipil dikabarkan tewas tertembak. Sedangkan Prajurit Kodam II/Sriwijaya Sersan Dua Rikson meninggal karena terkena panah saat mengamankan demonstrasi di depan Kantor Bupati Deiyai.

Kondisi dan situasi Jayapura berangsur pulih pada pukul 18.30 WIT. Massa mulai membubarkan diri setelah dipukul mundur oleh aparat gabungan TNI dan Polri dengan menggunakan gas air mata.

Namun, situasi di sana masih lumpuh saat ini. Warga tampak berjaga-jaga di sejumlah lokasi pascaaksi massa tersebut. Dari pantauan Antara, sekolah diliburkan. Pusat perbelanjaan dan perkantoran tidak beroperasi. Sekelompok warga tampak berjaga-jaga di sejumlah ruas jalan.

Di kawasan Entrop, Distrik Jayapura Selatan, tampak sejumlah masyarakat menjaga keamanan dengan membawa senjata tajam. Warga juga membuat barikade dan memeriksa setiap kendaraan yang melintas di kawasan tersebut.

Aparat gabungan TNI dan Polri masih berjaga. Layanan telepon dan SMS atau pesan singkat di Papua sempat terganggu, lantaran infrastruktur milik operator diduga dirusak. Kini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat kedua layanan komunikasi itu berangsur pulih.

(Baca: Paska Rusuh Demo di Papua)

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu mengatakan, hanya beberapa lokasi yang layanan telepon dan pesan singkat (SMS) sudah normal siang ini. “Tidak semua wilayah,” kata dia.

Sedangkan layanan data atau akses internet masih diblokir sejak Rabu lalu. “Statusnya masih sama untuk internet,” ucap pria yang akrab disapa Nando itu.

Halaman: