Berkah Hari Raya Kurban, Omzet Perajin Besek di Daerah Melonjak

ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Warga mengemas daging kurban menggunakan wadah atau besek yang terbuat dari anyaman bambu di Kelurahan Kaliwungu, Jombang, Jawa Timur, Minggu (11/8/2019). Penggunaan wadah daging kurban yang terbuat dari bambu ini dilakukan sebagai pengganti plastik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sampah plastik sehingga lebih ramah lingkungan.
Penulis: Hari Widowati
12/8/2019, 19.21 WIB

Kampanye atau imbauan untuk tidak menggunakan plastik dalam pembagian daging kurban menjadi topik hangat dalam beberapa pekan terakhir. Imbauan ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.

Sebagai gantinya, masyarakat diminta menggunakan wadah yang lebih ramah lingkungan, bisa berupa daun jati, besek (wadah dari anyaman bambu), keranjang bambu, hingga plastik ramah lingkungan yang terbuat dari singkong. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui akun Instagramnya menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak menggunakan plastik dalam pembagian daging kurban.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun menyampaikan hal serupa. Anies mengatakan besek dan alas daun pisang bisa menjadi pengganti kantong plastik pada Idul Adha tahun ini. “Yang paling gampang itu namanya besek yang dibuat perajin bambu. Nanti ribuan masjid di Jakarta kalau kita ganti dari plastik ke bambu artinya manfaatnya dirasakan petani-petani dan perajin bambu di pelosok,” kata Anies, seperti dikutip Antara.

Imbauan itu disambut baik oleh masyarakat. Masjid Istiqlal memesan 5.000 besek bambu dari pusat perajin anyaman di Raja Polah, Tasikmalaya. "Sebelum dimasukkan ke besek, dimasukkan dulu ke dalam plastik ramah lingkungan. Kalau langsung dimasukkan, airnya bisa menetes dan menimbulkan bau," kata Abu, Panitia Hewan Kurban di Masjid Istiqlal, seperti dikutip Suara.com.

Kerajinan Besek Bambu (ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO)

Menjual Besek sampai Tiga Truk

Tak hanya perajin di Tasikmalaya, para perajin besek di sejumlah daerah lain juga kebanjiran order. Sumarti, perajin besek bambu dari Sleman, Yogyakarta mengatakan menjelang Idul Adha lalu ia mendapatkan pesanan 20 ribu besek bambu dari Yogyakarta dan Jakarta. "Kami tidak tahu kalau pas hari Idul Adha itu di mana-mana pakai besek, ada Surabaya, Semarang. Tiba-tiba kemarin banyak (permintaan)," ujar Sumarti kepada Katadata.co.id, Senin (12/8).

Selain permintaan dari Yogyakarta dan Jakarta, Sumarti juga mendapatkan permintaan dari kota-kota lainnya, seperti Semarang, Pekalongan, Purbalingga, Purwokerto, dan Surabaya. Bahkan, ada juga permintaan dari Sumatera. "Tidak terhitung banyaknya (besek yang dipersiapkan), ada tiga truk lebih. Tapi kalau (order) dari luar Pulau Jawa, tidak kami ambil," kata Sumarti.

Satu truk bisa mengangkut besek sebanyak 1.000 kodi atau 20 ribu besek. Jadi, tiga truk setara 60 ribu besek bambu. Sumarti menjual produk besek bambunya secara online melalui situs jualbesekbambu.com. Selain itu, ia juga memiliki banyak konsumen lokal, yakni para penjual besek di Yogyakarta. "Kelihatan sekali permintaannya banyak, pesat kenaikannya dibandingkan hari biasa," ujarnya.

Satu konsumen bisa memesan 10 ribu besek, ada juga yang memesan dua ribu atau lima ribu besek. Sumarti menjual beberapa jenis besek bambu, mulai dari ukuran 14 cm yang dijual seharga Rp 1.500, ukuran 16 cm seharga Rp 1.700, ukuran 18 cm seharga Rp 2.100, dan ukuran 20 cm seharga Rp 2.500. Sumarti enggan menyebutkan berapa besar omzet penjualan beseknya. Namun, bisa diperkirakan omzetnya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

(Baca: 5 Negara dengan Tradisi Unik Perayaan Idul Adha)

Omzet Naik Tiga Kali Lipat

Junaedi, seorang penjual besek bambu asal Kudus, juga merasakan manisnya berkah Idul Adha. Satu minggu sebelum Idul Adha, ia berhasil menjual 45 ribu pasang besek bambu. Harga besek yang dijualnya secara online itu Rp 1.400 untuk ukuran 18 cm, setangkup atau sepasang besek bambu dihargai Rp 2.800.

"Selain hari raya kurban, (permintaan) sehari tidak pasti. Kadang-kadang untuk acara syukuran atau katering," ujar Junaedi kepada Katadata.co.id. Biasanya, Junaedi hanya menjual 500 pasang besek setiap bulan. Ia menggunakan platform e-commerce Shopee untuk memasarkan produknya.

Ia menyebut peningkatan omzet mencapai tiga kali lipat. Bahkan ada konsumen yang memesan besek bambu sehari sebelum Idul Adha. Namun, ia tak bisa memenuhi pesanan tersebut karena waktunya terlalu mepet. Beberapa konsumen sudah memesan besek sejak dua-tiga minggu sebelum Idul Adha.

Reporter: Abdul Azis Said (Magang)