Fatar Yani Abdurrahman baru saja dilantik menjadi Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dengan jabatan baru tersebut, Fatar ingin memaksimalkan produksi migas siap jual (lifting).
Maklum saja, realisasi lifting migas Indonesia dari tahun ke tahun terus turun. Hingga akhir tahun ini, Fatar memproyeksi lifting minyak hanya sekitar 96-97 persen dari target APBN atau sekitar 750 ribu barel per hari (BOPD). Salah satu penyebabnya adalah kebocoran migas dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ).
Sumur YYA-1 seharusnya mulai produksi pada September 2019. Namun sejak 12 Juli lalu justru terjadi kebocoran gas yang diikuti semburan minyak dari sumur tersebut. Sumur YYA-1 pun akan ditutup secara permanen sehingga tidak bisa diproduksi tahun ini.
"Tapi kami optimis kejar terus, korek saja dimana yang bisa, seperti BanyuUrip kan bisa digenjot juga,"ujar Fatar saat ditemui usai acara pelantikan di Gedung Kementerian ESDM, Senin (12/8).
(Baca: Ada Gelembung Gas di Blok ONWJ, Target Lifting Migas Bisa Tak Tercapai)
Sedangkan lifting gas juga diproyeksi akan turun karena ada pengurangan produksi LNG hingga 11 kargo. Salah satu penyebabnya karena harga LNG yang jatuh di pasar internasional.
Untuk mengejar lifting gas, Fatar ingin mengupayakan integrasi antara produksi, pengembangan, hingga komesial gas bumi. Sebab, produksi gas baru bumi bisa dilakukan jika sudah ada pembelinya.
Sedangkan ketika sudah ada Gas Sale Agreement (GSA) saja, pembeli bisa tidak menyerap gas tersebut. Seperti produksi gas dari proyek Wasambo, Sengkang, Simenggaris, dan Sonoro. "Makanya saya di bagian operasi tidak banyak bisa masuk ke situ, sekarang saya bisa lihatlah,"katanya.
Fatar juga ingin segera merampungkan sejumlah rencana pengembangan (PoD) dan rencana pengembangan lanjutan (POFD) proyek migas yang selama ini mangkrak untuk mengejar lifting migas. Jika seluruh proyek POD dan POFD tersebut bisa segera rampung, maka Indonesia bisa menambah cadangan dan produksi migas dalam lima tahun ke depan.
"Beberapa POD yang mangkrak apakah karena investor atau apakah memang mereka lihat tidak ekonomis, makanya saya ingin percepat itu," ujar Fatar.
Berdasarkan catatan SKK Migas ada sekitar 50 hingga 60 POD maupun POFD yang belum selesai dibahas oleh SKK Migas, diantaranya adalah POD proyek Ande-Ande Lumut di Blok Northwest Natuna dan POD Lapangan Lengo untuk Blok Bulu. Ada juga proyek besar seperti POD Indonesia Deep Water Development (IDD) tahap II yang juga belum rampung.
Seperti diketahui, Jonan melantik Fatar Yani Abdurahman sebagai Wakil Kepala SKK Migas menggantikan Sukandar pada Senin (12/8). Jonan beralasan, pergantian tersebut dilakukan karena Sukandar sudah memasuki masa pensiun.
(Baca: SKK Migas Persoalkan Realisasi Lifting Rendah Akibat Investasi Lambat)