Pertamina memproyeksi Indonesia akan defisit gas mulai 2035. Negara ini pun diprediksi akan mulai mengimpor gas berupa LNG di tahun yang sama.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina Heru Setiawan menjelaskan, defisit gas terjadi seiring meningkatnya permintaan LNG untuk sejumlah proyek seperti kilang Pertamina dan proyek pembangkit gas Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain itu, ekonomi Indonesia juga diproyeksi akan terus tumbuh sehingga permintaan gas meningkat.
"Kami lihat pertumbuhan GDP bakal tinggi berkisar 5%. Nah itu harus didukung dengan energi, artinya pertumbuhan energi harusnya lebih daripada itu supaya menjamin pertumbuhan yang 5%," kata Heru di sela-sela acara Gas Indonesia Summit & Exhibition pada Rabu (31/7).
Kebutuhan gas diproyeksi mencapai 5 ribu juta standar kaki kubik per hari (MMscfd), sedangkan jumlah gas untuk domestik hanya sebesar 3 ribu MMscfd. Sehingga terjadi defisit sekitar 2 ribu MMscfd. Produksi gas dari proyek-proyek baru seperti Jambaran Tiung Biru (JTB), Tangguh Train III, Sakakemang, hingga Masela dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan gas Indonesia.
Heru mengatakan defisit gas bisa ditutup lewat penemuan cadangan gas baru. "Jika ada discovery baru, defisit 2035 bisa saja mundur menjadi 2040, "katanya.
(Baca: Jonan Akan Buka Keran Impor Gas dengan Syarat Ini)
Pertamina sudah menyiapkan infrastruktur untuk impor LNG. Salah satunya proyek floating storage regasification unit (FSRU) di Cilacap yang digarap bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Awalnya, FSRU hanya digunakan untuk menyuplai energi untuk proyek RDMP Cilacap dengan kapasitas 75 MMscfd. Namun ke depannya, FSRU Cilacap akan dikembangkan hingga 200 MMscfd untuk menampung impor LNG. Selain FSRU, Pertamina akan membangun pipa gas yang tersambung dari Sumatera Utara (Sumut) hingga Jawa Timur (Jatim).
Pertamina juga akan meningkatkan kerja sama dengan trader-trader gas di luar negeri. "Kami melakukan kerja sama dengan trader-trader di luar negeri seperti Eni, Mitsui, dan kami juga punya perwakilan trader di Tokyo,"ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah memproyeksi impor gas akan dimulai pada 2025. Namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan kapasitas produksi gas Indonesia hingga 2025 masih cukup memenuhi kebutuhan gas domestik. Bahkan, negara ini bisa mengimpor gas sebesar 50% dari produksi gas nasional.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, akan ada potensi tambahan produksi gas dari proyek JTB dan Tangguh Train III pada 2025. Sehingga produksi gas akan semakin tinggi. "Kami perkirakan di 2025 akan tetap di atas 60% karena pertumbuhan demand-nya itu kan tidak melompat tapi pertumbuhan produksi akan melompat dengan munculnya JTB dan Tangguh Train III," Kata Dwi.
(Baca: Buku Neraca Terbit, Indonesia Akan Alami Defisit Gas Tahun 2025)