Harga Minyak Dunia Turun, Tertekan Data Pasokan AS

Katadata
Harga minyak dunia pada perdagangan hari ini, Kamis (4/7), turun sedikit lebih rendah dibandingkan sehari sebelumnya.
4/7/2019, 14.27 WIB

Harga minyak dunia pada perdagangan hari ini, Kamis (4/7), turun sedikit lebih rendah dibandingkan sehari sebelumnya. Tekanan ini terjadi karena munculnya data stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang menurun lebih kecil dari perkiraan pelaku pasar.

Mengutip dari Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun US$ 0,53 atau sebesar 0,92% menjadi US$ 56,81. Sementara itu harga minyak brent untuk pengiriman September turun US$ 0,55 atau 0,86% menjadi US$ 63,27 per barel.

Persediaan minyak mentah AS, menurut data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), turun 1,1 juta barel pekan lalu. Sementara, para analis sebelumnya memperkirakan penurunan itu mencapai tiga juta barel.

Data EIA juga menunjukkan kilang-kilang minyak di AS pada pekan lalu megonsumsi sedikit minyak mentah dibandingkan seminggu sebelumnya. Angkanya juga menunjukkan pelemahan sebesar 2% dibandingkan tahun lalu. Padahal di musim panas, konsumen AS biasa memakai lebih banyak bahan bakar minyak untuk bepergian.

Hal itu menjadi indikasi permintaan minyak di AS, negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia, melemah di tengah perlambatan ekonomi negara itu. "Pasar minyak AS saat ini dalam keadaan kelebihan pasokan," kata Edward Moya, analis senior, OANDA, seperti dikutip Reuters.

Harga minyak mentah juga dipengaruhi keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lain, seperti Rusia, atau yang dikenal sebagai OPEC +. Mereka sepakat pada Selasa lalu untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020.

(Baca: Harga Minyak Stabil Imbas Kesepakatan OPEC+, Risiko Turun Masih Ada)

“Pertemuan OPEC+ memperlihatkan para anggota bekerja sama dalam masa sulit, yang ditandai dengan proyeksi pelemahan permintaan global,” kata Analis Barclays Commodities Research dalam sebuah catatan kemarin.

Menurut Analis Citi Research, kesepakatan OPEC+ ini akan membuat turunnya inventori minyak di paruh kedua tahun ini sehingga mengerek harga minyak. Namun, tanda-tanda pelemahan ekonomi global memukul pertumbuhan permintaan minyak membuat investor khawatir.

Apalagi, indikator manufaktur global mengecewakan. Selain itu, Amerika Serikat menyulut ketegangan dagang dengan Uni Eropa lewat ancaman tarif seiring bantuan pemerintah ke industri penerbangan.

Barclays memprediksi permintaan bakal tumbuh di level terendah sejak 2011, dengan kenaikan kurang dari 1 juta barel per hari secara tahunan, tahun ini. Di sisi lain, Morgan Stanley telah memangkas proyeksi harga minyak brent dari US$ 65 per barel menjadi US$ 60 per barel, tahun ini. 

Reporter: Verda Nano Setiawan