Beredar nama sembilan perwira tinggi Polri yang mendaftarkan diri untuk mengikuti proses seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2023. Dari sembilan nama polri ini, terdapat dua polisi wanita (Polwan) berpangkat Brigadir Jenderal.
Meski masih sedikit, ini bisa menjadi peluang meningkatkan kontribusi wanita dalam tubuh KPK. Dalam susunan pimpinan KPK periode 2015-2019 ini, hanya terdapat satu orang wanita, yaitu Basaria Panjaitan. Basaria merupakan wanita pertama yang menjadi komisioner KPK dengan pangkat terakhir Inspektur Jenderal.
(Baca: Pejabat Bareskrim dan Banyak Petinggi Polri Masuk Bursa Pimpinan KPK)
Berikut nama polwan yang dikabarkan mendaftar menjadi calon pimpinan (capim) KPK:
Juansih: Brigjen Berprestasi Predikat Cumlaude
Brigjen. Pol. Dr. Dra. Juansih S.H, M.Hum, telah membuktikan kiprahnya sebagai seorang wanita yang mumpuni di dunia kepolisian. Dia telah menempuh pendidikan S3 dan mendapatkan gelar doktor di Universitas Airlangga. Gelar ini diraihnya dengan predikat cumlaude yang nyaris sempurna, nilai IPK-nya mencapai 3,96.
Program studi yang ditempuh adalah Sumber Daya Manusia dengan disertasi yang sesuai dengan kariernya, yaitu “Pengaruh Optimalisasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Petugas Polmas dalam Bentuk Diklat, Transfer of Knowledge dan Capacity Building”. Sebelumnya, Juansih mengenyam Pendidikan S2 di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada di program studi Hukum Bisnis.
“Semoga apa yang saya lakukan akan mampu menginspirasi teman-teman di kepolisian, terutama Polwan. Hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan demi kemajuan kepolisian.” kata Juansih.
Wanita kelahiran Majalengka, 2 Agustus 1964 ini memulai karier sebagai polwan sejak 1989. Kemudian mendapatkan jabatan sebagai Inspektur Muda pada Sepolwan dengan pangkat Letnan Satu (Lettu). Karier Juansih cukup moncer hingga menjadi Kapolres Surabaya Timur pada 2004. Wilayah yang dikenal dengan supporter sepakbola Bonek Mania ini dihadapi dengan santai oleh Juansih. Bunda merupakan panggilan Juansih yang dikenal di kalangan suporter bola tim Surabaya yang dikenal garang.
Ibu dari tiga anak ini kemudian menapaki karier menjadi Kapolres Batu, Malang pada 2007, Wakapolwil Bojonegoro pada 2008, dan Kepala Biro (Karo) Pers Polda Banten pada 2009. Setahun kemudian, dia kembali ke Jawa Timur, menjabat Karo Logistik Polda Jatim pada 2010. Di posisi ini pangkat Juansih naik dari Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) menjadi Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol). Posisi terakhirnya di Jawa Timur menjadi Karo Sarpras Polda Jatim pada 2011.
Setelah selesai mengikuti Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) pada 2013, Juansih ditarik ke Jakarta dan mendapat jabatan Kabag Sarpras Polri. Pada 2015 ia menjadi Kabidjemen Sespim Lemdikpol Polri.
(Baca: Libatkan BNPT, Pansel KPK Siap Tangkal Calon yang Terpapar Radikalisme)
Pada Februari 2017 kariernya menanjak sebagai Direktur Pemberdayaan Alternatif Badan Narkotika Nasional (BNN). Kapolri Tito Karnavian secara langsung menyerahkan pangkat Brigjen kepada Juansih, sebulan setelah Juansih masuk BNN. Saat mendapatkan amanah ini, Juansih bersyukur dan berharap dapat mengemban jabatannya dengan sebaik mungkin.
Pekerjaan dan pendidikan yang ditempuhnya tak membuat Juansih melupakan keluarga. Istri Teddy Supriadi dan ibu tiga anak ini mampu mengatur waktu antara pekerjaan, pendidikan, dan ibu rumah tangga. Juansih berupaya agar suami dan anak-anak terawat dan sehat, termasuk untuk pendidikan dan agamanya. Di sela kesibukannya, Juansih masih menjalankan hobi mendesain baju dan berkebun.
Sri Handayani: Wakapolda Wanita Pertama di Kalimantan Barat
Brigjen Pol Dra Sri Handayani, M.H menjabat sebagai Wakapolda Kalbar menggantikan Brigjen (Pol) Amrin Remico. Sri berhasil menembus sejarah sebagai seorang polisi wanita pertama yang menjadi Wakapolda di Polda Kalbar. Saat menjabat sebagai Kepala Sekolah Pembentukan Perwira (Kasetukpa) Polri, Sri menjadi salah satu dari dua polwan di Indonesia yang berpangkat jenderal bintang satu bersama dengan Brigjen Ida Utari.
Wanita kelahiran Surakarta pada 14 April 1962 ini merupakan lulusan sekolah perwira militer sukarela (Sepamilsuk) Polri atau Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) pada 1986. Kemudian melanjutkan pendidikan di Selapa Polri pada 1986, Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Polri pada 2000-2001, dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada 2014.
Sri sempat menyatakan di mana pun bertugas, dia akan berusaha secara maksimal dalam menjalankan amanahnya. Prinsipnya, menjalankan amanah dengan rasa tanggungjawab, bersih, akuntabel, dan humanis. Dia juga berkomitmen lepas dari tindakan korupsi, nepotisme, dan senantiasa mengedepankan HAM.
(Baca: Jokowi Tetapkan Sembilan Nama Pansel Calon Pimpinan KPK)
“Pesan saya untuk Polwan yang lain, pahami tugas dari pimpinan. Jalankan secara profesional, saya yakin pasti jenjang karir akan baik. Jadikan saya sebagai barometer polwan yang berhasil dan silahkan monitor tugas-tugas saya,” pesan Sri kepada polwan lain untuk meneladani kinerja dan kariernya. Dia mendorong para polwan berkaca pada kariernya yang kian moncer. Apalagi Sri menjadi punggawa yang siap ditempatkan di mana saja.
Pada awal kariernya, Sri mengemban amanah sebagai Pama Pada Subditbinjas Ditpers Polri (1986) dan Paur Subbag Binsis Subdit Binjas Ditpers Polri (1987). Sri juga berhasil menduduki posisi pemimpin di sejumlah daerah, yaitu Wakapolres Metro Jaksel pada 2003, Kapolres Sragen Polda Jateng pada 2005, dan Kapolres Karanganyar Polda Jateng pada 2009.
Pada 2014, Sri dipercaya menjadi Analis Kebijakan Madya Lemdiklat dan Analis Kebijakan Madya bidang Gadikwa Robindiklat Polri. Selanjutnya pada 2016, Sri menjabat sebagai Kasat Manggala Praja IPDN dan Kasetukpa Lemdiklat Polri. Hingga saat ini, jabatan terakhirnya adalah Wakapolda Kalbar yang dilantik pada tahun lalu.