Harga minyak dunia terkerek pada Jumat (14/6) setelah terjadi serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman pada Kamis (13/6). Serangan tersebut memicu kekhawatiran akan terganggunya distribusi minyak mentah dunia lantaran di jalur pelayaran penting.
Mengutip Bloomberg, per pukul 12.30 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik US$ 0,17 atau 0,33% menjadi US$ 52,45 per barel. Ini terjadi setelah sempat turun 4% pada perdagangan kemarin ke level US$ 51,14 per barel, level terendah sejak 14 Januari 2019.
Adapun harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Agustus juga naik US$ 0,41 atau 0,67% menjadi US$ 61,69 per barel. Padahal, pada perdagangan kemarin, harga minyak Brent sempat jatuh 3,7% ke level US$ 59,97 per barel, terendah sejak 28 Januari 2019.
(Baca: Pemerintah Promosikan Tujuh Blok Migas ke Perusahaan Asing)
"Gangguan seperti itu dapat semakin memperburuk masalah pasokan," kata Analis di Lipow Oil Associates Houston Andy Lipow, seperti dikutip Reuters, Jumat (14/6).
Dua kapal tanker minyak berbendera Panama dan Marshall Island dilaporkan mendapat serangan di Teluk Oman. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menuding Iran berada di balik serangan. Pemerintah Iran telah membantah tudingan tersebut.
Imbas peristiwa tersebut, pemilik kapal tanker minyak DHT Holdings dan Heidmar dilaporkan menangguhkan pemesanan baru ke Teluk Timur Tengah. "Ini adalah serangan kedua dalam waktu satu bulan dan meningkatkan risiko untuk asuransi," kata seorang mitra di Again Capital LLC di New York John Kilduff.
(Baca: Jonan Ancam Terapkan DMO Sawit Bila Suplai Bahan Baku B30 Tak Lancar)
Sebelumnya, empat kapal, termasuk dua kapal tanker milik Saudi Arabia disabotase. Pemerintah AS juga menuding Iran berada di balik serangan tersebut. Pemerintah Iran membantah tudingan tersebut dan hingga kini belum ada yang mengklaim bertanggung jawab.
Ketegangan di Timur Tengah telah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari pakta nuklir multinasional 2015 dengan Iran dan menerapkan kembali sanksi dagang untuk negara tersebut.
Selain imbas ketegangan geopolitik, kenaikan harga minyak seiring informasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir menyetujui untuk melanjutkan pemotongan produksi. Ini seiring melemahnya permintaan minyak mentah global.
OPEC memproyeksikan permintaan minyak mentah global sekitar 1,14 juta barel per hari, lebih sedikit 70 ribu barel dari perkiraan sebelumnya. Menurut OPEC, terdapat faktor perang dagang yang memengaruhi permintaan global.
Di sisi lain, Departemen Energi AS memprediksi permintaan minyak mentah global sebesar 1,2 juta barel per hari, turun 200 ribu barel dari perkiraan bulan Mei.