PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih senilai US$ 2,53 miliar atau setara Rp 35,99 triliun pada 2018. Raihan tersebut turun tipis sebesar 0,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai US$ 2,54 miliar. Meski begitu, Pertamina tetap membagikan dividen senilai Rp 7,95 triliun atau setara 22% dari laba bersih tahun lalu.
Ada pun, keputusan pembagian dividen tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Pertamina yang diselenggarakan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Jumat (31/5).
Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury mengatakan, pencapaian kinerja Pertamina 2018 ini dikontribusi oleh peningkatan signifikan dari sisi penjualan.
"Tahun 2017 penjualan sebesar US$ 46 miliar, sekarang di 2018 penjualan US$ 57,9 miliar," kata Pahala yang dalam RUPST bertindak sebagai Pelaksana Tugas Harian (Pth) Direktur Utama Pertamina menggantikan Nicke Widyawati yang berhalangan hadir.
(Baca: Produksi Minyak Pertamina EP Capai 85 Ribu BOPD hingga Akhir Mei)
Dividen yang dibagikan Pertamina tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 8,56 triliun. Meski begitu, Pahala mengatakan bahwa dividen pay out ratio Pertamina ke pemerintah masih dalam range wajar karena biasanya Pertamina membagikan dividen sebesar 22% hingga 25% dari laba bersih.
Pahala mengatakan setoran dividen kepada pemerintah tersebut menambah bagian kontribusi Pertamina untuk negara selain dari kontribusi perpajakan.
Ada pun, laba bersih setelah dibagikan sebagai dividen, digunakan sebagai laba ditahan untuk kebutuhan investasi Pertamina tahun ini yang cukup besar. Hal itu terlihat dari belanja modal (capital expenditure/capex) Pertamina tahun ini yang targetnya mecapai US$ 5,2 miliar hingga US$ 5,7 miliar atau sekitar Rp 80 triliun.
"Jadi capex kami saja sudah besar sekali. Ini membutuhkan dukungan cashflow yang cukup kuat. Jadi, ini menjadi dasar pembayaran (dividen) kami," kata Pahala menjelaskan.
(Baca: Pertamina Percepat Pembangunan Kilang Bontang)
Meski begitu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyastuti sempat mengatakan pada awal Februari 2019 bahwa capex Pertamina tahun ini dianggarkan sekitar US$ 4,2 miliar. Dari jumlah tersebut, menurut Nicke sebesar 60% akan digunakan untuk kegiatan hulu migas, terutama pengeboran untuk meningkatkan produksi.
Selain itu, belanja modal juga untuk proyek modifikasi kilang minyak yang ada di Balikpapan. Seperti diketahui, konstruksi proyek revitalisasi Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur sudah dimulai. Kilang yang ditargetkan beroperasi pada 2023 tersebut dapat mengurangi impor solar hingga 17%.