Suasana di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu bersalin rupa pada Kamis (23/5) dibanding dua hari berturut-turut sebelumnya. Tak ada lagi dentuman bom molotov, bunyi petasan, timpukan batu dan makian para perusuh yang selama 21-22 Mei mewarnai kawasan itu.
Pun tak ada aura ketegangan di wajah para petugas keamanan yang masih berjaga di kawasan itu. Meski tampak lelah, mereka tampak riang melayani permintaan para warga Jakarta yang sengaja datang untuk memberi apresiasi kepada mereka.
Meta dan lima kawannya adalah salah satu kelompok yang khusus menemui para Brimob. Mereka membawakan kotak makanan berisi roti dan minuman ringan menjelang waktu berbuka puasa. "Silakan, Pak, makannya untuk berbuka puasa, untuk ganjal perut," kata enam orang perempuan itu.
(Baca: Berjoget dan Yel-yel, Hiburan Brimob yang Membunuh Waktu di Bawaslu)
Sambil memberikan hidangan itu, mereka mengajak para polisi untuk berswafoto. Para polisi menyambut hangat ajakan enam orang perempuan tersebut. "NKRI harga mati!" seru para perempuan saat berswafoto.
Meta yang tinggal di kawasan Kuningan, Jakarta mendatangi para polisi untuk mengucapkan terima kasih. "Kami berniat untuk memberi support sedikit supaya mereka tetap semangat," kata Meta.
Meta melihat aksi polisi dan TNI dalam mengamankan Bawaslus dari siaran televisi. Aparat tampak sabar dan menjaga emosi dalam meladeni para perusuh yang melakukan tindakan kekerasan. "Kami lihat saja semua TNI dan polisi kerjasama membantu mengamankan Jakarta," kata Meta.
(Baca: Kisah Duka Para Jurnalis saat Meliput Kerusuhan 22 Mei)
Tris dan rekannya juga menyambangi area gedung Bawaslu karena penasaran setelah melihat siaran langsung televisi selama dua hari di kawasan itu. "Mau lihat dampak aksi seperti apa. Ternyata lumayan parah juga," kata Tris di depan Gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis (23/5) malam.
Tris yang berstatus mahasiswa Universitas Sahid, tak lupa mengabadikan kunjungannya dengan berswafoto bersama rekannya.
Siswa SMA asal Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Septian berkunjung ke kawasan depan Gedung Bawaslu untuk memastikan langsung kondisi pascakericuhan. Alasannya, banyak informasi simpang siur di media sosial terkait kericuhan yang terjadi.
"Banyak media yang berita enggak jelas. Banyak yang bilang gini gitu. Jadi kami mau liat saja realitanya di sini," kata Septian.
Septian berani datang ke kawasan depan Gedung Bawaslu setelah melihat konferensi pers yang digelar pihak kepolsian dan Kementerian Politik Hukum dan Keamanan. Dia menilai konferensi pers yang disiarkan langsung tersebut membawa rasa tenang bagi masyarakat.
Suasana di area Gedung Bawaslu hingga Kamis (23/5) pukul 20.15 WIB tampak kondusif. Tidak ada massa yang berunjuk rasa di kawasan tersebut.
Septian berharap tak ada lagi demonstrasi berjilid-jilid yang dikhawatirkan kembali berujung kerusuhan. "Enggak perlu rusuh (lagi). Semoga aman-aman," kata Septian.
(Baca: TKN Kritik Prabowo Abai dalam Aksi 22 Mei yang Berujung Kerusuhan)