T Vintage & Recycled Iron, Pengolahan Limbah Drum Jadi Furniture

T Vintage & Recycled Iron
Produk furniture berbahan drum bekas buatan T Vintage & Recycled Iron.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
3/4/2019, 05.00 WIB

Di tengah maraknya tren furniture berbahan kayu minimalis, James Silalahi memilih untuk membuat perabot dengan memanfaatkan drum bekas. T Vintage & Recycled Iron pun menghasilkan meja, kursi, dan lemari bernilai tambah tinggi.

Tahun 2013, James mulai membuat bengkel di Jalan Imogiri Timur, Yogyakarta untuk membuat produk-produk dari drum bekas. Ia kemudian memamerkannya di sebuah showroom di kota yang sama.

Pernah bekerja sebagai asisten trader produk furniture, ia mengerti bahwa Amerika Serikat (AS) dan Eropa terus mengkampanyekan produk ramah lingkungan. "Motivasi saya adalah memanfaatkan limbah untuk pasar furniture dunia," katanya kepada Katadata.co.id melalui sambungan telepon, Selasa (2/4).

James menyebut, penjualan T Vintage & Recycled Iron konsisten sebanyak 2 kontainer setiap bulan sejak 2015. Dari jumlah itu, sebagian besar produknya diekspor.

(Baca: Wood & Soul, Peralatan Dapur Kayu Pengganti Plastik)

Menurut James, pemahaman masyarakat Indonesia tentang produk furnitur ramah lingkungan baru terasa, sehingga penyerapan pasar dalam negeri bisa meningkat sampai 10% dalam waktu dua tahun belakangan. "Pembeli lokal justru bilang mereka lihat produk saya waktu ke Eropa," ujarnya.

James menyebutkan, pembeli lokal biasanya adalah pemilik kafe, restoran, atau hotel di Bali, Medan, Jakarta, Bandung, dan Bogor. Sementara, untuk ekspor kebanyakan untuk kiriman ke Prancis, Belgia, Inggris, AS, Jepang, dan Korea Selatan.

Dia menambahkan, T Vintage & Recycled Iron rutin mengikuti pameran Indonesia International Furniture Expo sejak 2013. Ketika ada event pameran, jumlah pengiriman bisa mencapai 4 kontainer. Bahkan, produknya pernah turut serta ikut pameran internasional lewat pembeli asing.

Kesuksesan itu membuat T Vintage & Recycled Iron berkembang pesat. Sekarang, James punya dua bengkel tambahan di Jepara dan Banguntapan, Yogyakarta. Dia pun sudah mempekerjakan 27 orang pengrajin.

(Baca: Pameran Furnitur Internasional Targetkan Transaksi Rp 4,2 Triliun)

Menurutnya, T Vintage & Recycle Iron merupakan karya asli pengrajin. Produknya pun masih dijual dalam harga terjangkau untuk mengedukasi masyarakat terhadap kesadaran akan produk ramah lingkungan. "Kalau pengrajinnya sukses, pembeli makin banyak, industri juga lebih berkembang," katanya.

Dia menyebutkan, kisaran harga produk paling murah Rp 180 ribu untuk cetakan tutup drum dan paling mahal berupa patung gorila marah berukuran 2 meter dengan harga Rp 8,5 juta. Produk paling laku adalah bangku dari drum, meja kopi, dan lemari untuk arsip.

James menyatakan, penggunaan bahan bakunya bisa mencapai 80 drum per minggu dengan berat satuan 25 kilogram. Angka itu lebih banyak lagi jika masuk musim pameran yang penggunaannya sebanyak 120 drum dalam satu minggu.

Dia mengaku asal bahan baku berasal dari pemasok yang mendapatkan drum dari pabrik besar. Selain itu, dia juga mempekerjakan dua orang pemburu drum untuk pergi ke berbagai daerah di Jawa Tengah. "Kami ingin membantu masalah soal sampah, edukasi untuk penggunaan barang-barang tidak memiliki manfaat supaya punya nilai tambah," ujarnya.