Kinerja lifting minyak dan gas bumi (migas) atau produksi migas siap jual dalam dua bulan pertama tahun ini masih belum mencapai target tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis lifting migas akan bertambah besar mulai akhir bulan ini.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher menyebutkan lifting minyak hingga akhir Februari tahun ini sebesar 735 ribu barel per hari (bopd). Sementara produksinya di level 768 ribu bopd. Untuk produksi minyak ini masih terdapat stok sebanyak 6 juta barel.

Sedangkan lifting gas yakni 1.070 ribu barel setara minyak per hari (boepd). "Secara keseluruhan (lifting minyak dan gas) capaian tersebut sebesar 90% dari target," kata Wisnu kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu.

(Baca: Awal Tahun, Lifting Minyak di Wilayah Sumbagut Lampaui Target)

Adapun tiga kontraktor migas penyumbang lifting minyak terbesar adalah ExxonMobil Cepu Ltd sebesar 219 ribu bopd, PT Chevron Pacific Indonesia 197 ribu bopd, Pertamina EP 74 ribu bopd. Sementara itu untuk tiga besar KKKS yang menyumbangkan lifting gas bumi terbesar yakni BP Berau Ltd sebesar 187 ribu boepd, ConocoPhillips Grissik sebesar 144 ribu boepd dan Pertamina EP sebesar 139 ribu boepd.

Menurutnya, ada beberapa proyek migas yang rampung dan akan berproduksi (on stream) mulai akhir bulan ini. Dengan begitu, produksi dan lifting migas akan meningkat. “Diharapkan pada Kuartal-II 2019 performa capaian (lifting migas) dapat lebih baik," kata Wisnu.

(Baca juga: SKK Migas Pastikan 2 Proyek Migas Berproduksi di Kuartal I-2019)

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, target lifting minyak dipatok sebesar 775 ribu bph dan lifting gas sebesar 1,250 juta boepd. Adapun dalam rencana kerja dan anggaran (Work Plan and Budget /WPNB) kontraktor migas tahun ini, proyeksi lifting minyak sebesar 784.527 bph dan lifting gas 1,261 juta boepd.

Pekerja migas (Dok. ExxonMobil)

Strategi Kejar Target Lifting Migas 2019

Sepanjang tahun lalu, kinerja lifting migas masih lebih rendah dari target. Realisasinya hanya mencapai angka 1,92 juta BOEPD dari target 2 juta BOEPD. Angka ini setara minyak atau sebesar 95,85% dari yang ditargetkan dalam APBN, bahkan lebih rendah 3,42% dari realisasi tahun sebelumnya.

Tahun ini, pemerintah menargetkan lifting migas nasional sebesar 2,02 barel setara minyak per hari (BOEPD). Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan optimistis lifting migas tahun ini bakal mencapai, bahkan melebihi target tersebut.

 “Semua usaha akan kami lewati. Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatkan produksi,” kata Arcandra, Sabtu (23/2).

Untuk mengejar target lifting tahun ini, Arcandra mengatakan pemerintah telah menyiapkan tiga strategi. Dia mengklasifikasikan strategi menggenjot produksi migas ini dalam tiga tahapan, yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

(Baca: Per Februari 2019, Realisasi Investasi Migas Sebesar US$ 1,37 Miliar)

Strategi jangka pendek dilakukan dalam 2-3 tahun, adalah dengan cara fracturing dan balance driling untuk mempercepat produksi dari lapangan migas yang sudah ada. Sedangkan untuk jangka menengah, pemerintah tengah mendorong teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk menambah produksi dari aset yang produktif.

Untuk strategi jangka panjang, pemerintah akan gencar mendorong kegiatan eksplorasi lapangan migas. Arcandra berharap rasio keberhasilan penemuan cadangan migas dalam kegiatan eksplorasi di atas 20%. Dengan rasio ini, artinya setiap lima kali kegiatan eksplorasi bisa menemukan satu cadangan migas baru.

Saat ini pemerintah telah memiliki cukup dana untuk menopang eksplorasi atau penemuan lapangan baru. Jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar US$ 2,1 miliar. Sebanyak US$ 1,1 miliar diantaranya digunakan untuk kegiatan eksplorasi.