Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan mencabut monopoli penjualan avtur oleh PT Pertamina (Persero) kepada pihak maskapai penerbangan di Bandara Soekarno Hatta (Soeta). Mahalnya harga avtur domestik yang lebih tinggi 20% dibandingkan harga internasional menyebabkan maskapai penerbangan dalam negeri menaikkan tarif tiket. Hal ini turut berakibat pada sektor pariwisata serta menurunnya tingkat keterisian (okupansi) hotel sejak awal tahun ini.
Jokowi mengaku baru mengetahui tarif pesawat domestik meningkat tinggi. “Ternyata avtur yang dijual di Soekarno-Hatta dimonopoli oleh Pertamina, sehingga besok pagi saya akan undang Direktur Utama Pertamina,” kata Jokowi dalam sambutan Rapat Kerja Nasional Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jakarta, Senin (11/2) malam.
Karenanya, dia memberikan dua pilihan kepada Pertamina. Pertama, meminta Pertamina menyesuaikan harga agar harga avtur domestik setara dengan harga internasional. Jika opsi pertama tidak bisa dilakukan, pilihan keduanya pemerintah akan mengizinkan perusahaan minyak lain menjual avtur sehingga menyebabkan kompetisi harga.
(Baca: Pertamina Jelaskan Harga Avtur yang Dituding Biang Tiket Pesawat Mahal)
Menurut Jokowi, dengan opsi terakhir, dia yakin banyak perusahaan minyak tertarik dalam pendistribusian avtur di Bandara Soakrno Hatta. “Saya yakin banyak yang mengantre supaya persaingan lebih sehat dan ada efisiensi, larinya ke situ,” ujarnya.
Di sisi lain, Jokowi pun yakin Pertamina mampu bersaing, karena telah berhasil mencetak laba lebih dari Rp 20 triliun.
Mengenai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Avtur yang dinilai sebagai salah satu biang keladi harga tiket pesawat mahal, PT Pertamina (Persero) pun sebelumnya sudah buka suara. Penentuan harga Avtur itu dibedakan menjadi dua jenis: regular, yang artinya sudah termasuk langganan dan nonregular.
External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan harga Avtur yang dibeli maskapai regular itu sudah disepakati dalam kontrak jangka panjang. Sedangkan, penentuan untuk maskapai nonregular berbeda yakni mengacu pada harga Avtur saat membeli.
Adapun, harga Avtur mengacu Mean of Platts Singapore (MOPS). Jadi, ketika harga minyak dunia turun, Avtur pun menyesuaikan.
Selain harga minyak dunia, Avtur juga mengacu nilai tukar mata uang, biaya distribusi, rantai pasok dan lain-lain. "Sehingga kami harus cermat jika membandingkan harga Avtur di satu bandara dengan bandara yang lain. Karena kondisinya bisa jadi berbeda dan tidak setara untuk diperbandingkan," kata Arya, kepada Katadata.co.id, Senin (14/1).
Mengacu situs Pertamina Aviation, harga Avtur setiap lokasi berbeda. Misalnya, untuk Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, harga Jet A-1 dibandrol Rp 9.800 per liter ke pengiriman pesawat. Sementara di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng harga Jet A-1 yang dijual Pertamina ke pengiriman pesawat sebesar Rp 8.410 per liter.
(Baca: Maskapai Penerbangan Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat)
Sementara, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan kenaikan tarif maskapai penerbangan telah memukul industri perhotelan. Kebijakan maskapai tersebut mempengaruhi sektor pariwisata dan menyebabkan tingkat hunian hotel anjlok hingga 20% menjadi tinggal 30%-40%.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyatakan pengusaha meminta maskpai penerbangan domestik menyesuaikan kenaikan harga tiket penerbangan yang sempat naik hingga 40%. "Kami merasa terpukul karena kenaikan harga tiket yang signifikan dan mendadak," kata Hariyadi.
PHRI pun meminta pemerintah melakukan dua hal untuk menggairahkan sektor wisata. Alasannya, pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan sebagai kontributor ekonomi Indonesia ke depan.
Pertama, biaya avtur yang sangat tinggi tidak dibebankan kepada konsumen. Sebab, pembelian avtur oleh maskapai penerbangan telah dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sekitar 10%. PPN itu yang kemudian menyebabkan biaya penerbangan menjadi lebih mahal.
(Baca juga: Bahas Harga Avtur, Besok Maskapai Rapat dengan Pertamina)
Hariyadi juga menyarankan supaya Pertamina tidak memonopoli penjualan avtur dalam negeri. Sehingga, perusahaan maskapai lokal lainnya bisa ikut berkompetisi hingga berdampak pada harga tiket yang lebih murah.
Kedua, pemerintah harus memberikan kesempatan yang sama untuk maskapai penerbangan regional untuk rute penerbangan antardaerah. "Scoot atau Jetstar bisa mendapatkan kesempatan untuk rute yang pemerintah anggap tidak adil dari segi harga," katanya.
(Baca juga: Kenaikan Tarif Maskapai Penerbangan Memukul Tingkat Hunian Hotel)