Jokowi Imbau Masyarakat Tak Golput saat Pilpres 2019

ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL
Petugas logistik KPU Pusat memeriksa surat pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 untuk pemilih luar negeri di gudang logistik KPU di Benda, Tangerang, Banten, Kamis (7/2/2019).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
7/2/2019, 18.49 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu serentak 2019. Masyarakat diminta tidak golput (golongan putih) pada 17 April 2019 karena masa depan negara sangat ditentukan oleh hak pilihnya.

"Saya menyampaikan itu untuk mendorong agar yang namanya golput itu tidak ada," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (7/2).

Menurut Jokowi, golput memang salah satu pilihan yang dimiliki oleh masyarakat. Hanya saja, arah negara ke depannya akan sangat ditentukan dari hak pilih masyarakat yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam dua bulan mendatang.

Karenanya, Jokowi meminta agar masyarakat dapat berbondong-bondong ke TPS ketika hari pemungutan suara berlangsung. Masyarakat tidak perlu takut dengan ancaman-ancaman yang mereka terima terkait Pemilu 2019.

Kepala negara memastikan bahwa aparat penegak hukum akan menjaga masyarakat ketika memberikan hak pilihnya. "TNI dan Polri menjamin keamanan kita," kata Jokowi.

(Baca: Survei: Mahasiswa 6 Provinsi Antusias Ikuti Pemilu, Banten Tertinggi)

Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia pada Januari 2019, jumlah pemilih yang memutuskan golput mencapai 1,1%. Meski belum signifikan, angka ini meningkat 0,2% dibandingkan hasil survei Oktober 2018 sebesar 0,9%.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, potensi masyarakat yang golput ke depannya paling sedikit mencapai 20%. Angka ini didapatkan dari jumlah orang yang telah memutuskan golput ditambah mereka yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dan massa yang masih bisa berubah pilihannya (swing voters).

Survei Indikator mencatat jumlah undecided voters saat ini mencapai 9,2%. Angka ini juga diperkirakan bertambah dari kontribusi massa yang masih bisa berubah pilihan sekitar 14%. "Potensinya minimal ya 20-an persen pemilih golput, minimal kalau berkaca dari pengalaman sebelumnya," kata Burhanuddin di kantornya, Jakarta, Selasa (8/1).

Angka golput berpotensi meningkat karena masih ada masyarakat yang menilai Pemilu tidak terlalu punya dampak ke kehidupan mereka. Banyak dari mereka pun bersifat apatis sehingga lebih memilih memanfaatkan waktu pemungutan suara untuk berlibur ketimbang ke TPS.

(Baca: Potensi Golput Menghantui Pilpres 2019)

Reporter: Dimas Jarot Bayu