Debat Pilpres Putaran Pertama Tak Menarik, Penonton Minim

Arief Kamaludin | Katadata
Suasana Debat Pilpres 2019 putaran pertama di Hotel Bhidakara, Jakarta, Kamis (17/1)
Penulis: Dimas Jarot Bayu
30/1/2019, 17.41 WIB

"Umumnya yang menonton debat secara utuh secara proporsional lebih banyak di kalangan pendidikan tinggi, ekonomi menengah atas, laki-laki, di kota, dan pemilih muslim," kata Adjie.

(Baca: LSI Denny JA: Pascadebat Pertama, Elektabilitas Paslon Stagnan)

Format dan Substansi Kurang Menarik

Adjie menilai, minimnya penonton debat perdana Pilpres 2019 disebabkan formatnya belum bagus. Selain itu, durasi debat selama dua jam terlalu lama bagi khalayak.

Hal tersebut membuat bosan publik. Terlebih, substansi debat juga kurang menarik. Adjie menilai, substansi yang disampaikan kedua pasangan calon, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak jelas perbedaannya.

"Itu hampir semua isu, penegakan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Tidak ada perbedaan yang jelas yang dilihat oleh pemilih," kata Adjie.

Lebih lanjut, Adjie menilai Jokowi-Ma'ruf sebagai petahana kurang mampu menyampaikan prestasinya selama menjabat. Padahal, hal itu dinilai dapat menarik atensi publik.

Di sisi lain, Prabowo-Sandiaga kurang mampu menyampaikan kritiknya atas pemerintahan Jokowi selama ini. Sebagai penantang, Prabowo-Sandiaga harusnya dapat menunjukkan kelemahan-kelemahan Jokowi dan memberikan solusi. "Prabowo-Sandiaga kritiknya juga kurang kelihatan oleh publik," kata dia.

LSI Denny JA mengadakan survei pada 18-25 Januari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,8%.

(Baca: KPK: Komitmen Jokowi dan Prabowo untuk Berantas Korupsi Belum Jelas)

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu