Eatlah hendak menambah sekitar sepuluh gerai lagi pada 2019, baik di Jawa maupun pulau lain. Outlet kuliner ayam goreng saus telur asin ini sekarang berjumlah sekitar 20 unit tersebar di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Direktur Pemasaran Eatlah Michael Chrisyanto mengatakan, ekspansi gerai akan menjangkau Yogyakarta, Pulau Bali, dan Kota Medan di Sumatra Utara. Selain di dalam negeri, penjajakan ke negara lain juga dilakukan, yakni Thailand dan Singapura.
"Iya (Singapura) tahun ini belum. Tahun ini mungkin ke Bangkok di Thailand," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (11/1). (Baca juga: Jadi Tren Kuliner, Salted Egg Dibanderol Mulai Rp 20.000 Per Porsi)
Michael menyatakan, Eatlah terus berinovasi terutama mengeksplorasi cita rasa menu. Sajian andalan saat ini adalah ayam goreng tepung yang dibalut saus telur asin (salted egg), sambal, maupun brown butter.
Sejak awal beroperasi, Eatlah fokus melayani pembelian melalui aplikasi ponsel meskipun pelanggan tetap bisa datang langsung dan makan di tempat. Dengan asumsi rerata penjualan mencapai 400 paket per hari, sebanyak 80% dipesan melalui layanan secara daring.
"Kami bukan ingin menciptakan tren kuliner. Kami ingin menjadi pionir makanan cepat saji di Indonesia," tutur Michael. (Baca juga: Lewat Internet, Eatlah Populerkan Aneka Menu Bersaus Telur Asin)
Puluhan gerai Eatlah dikelola langsung oleh Michael bersama timnya. Ketika ditanya soal ekspansi usaha melalui jaringan waralaba, tampaknya Eatlah tak berencana mengadopsi model bisnis ini.
Michael menyatakan, tidak bisa dipatok bahwa waralaba cara paling tepat untuk mengakselerasi ekspansi usaha. Tapi, bukan berarti strategi selain franchising juga merupakan yang terbaik.
"Setiap bisnis memiliki cara masing-masing, jadi kami tidak bisa sebut mana yang lebih baik. Dengan keberagaman (model bisnis) ini maka industri kuliner Indonesia bisa berkembang dan tak monoton," ujarnya. (Baca juga: Peluang Bisnis Waralaba Kuliner Olahan Ayam Belum Jenuh)
Pada sisi lain, Eatlah menyadari pengalaman konsumen (user experience) sebagai faktor penting dalam setiap pelayanannya. Alasan utama karena mayoritas pembeli tidak berinteraksi langsung di gerai, melainkan diperantarai jasa pesan antar daring.
"Kami mensubtitusi pengalaman konsumen. Komunikasi kami dengan mereka secara online, seperti melalui media sosial. Kami percaya dan dengarkan keluhan konsumen," ucap Micahel yang juga salah satu pendiri Eatlah.