Tambah 10 Gerai, Eatlah Jangkau Konsumen di Yogya, Bali, dan Medan

Dini Hariyanti
11 Januari 2019, 12:00
Ambruk
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Suasana di warung makan di kawasan Rasuna Garden Foodstreet, Epicentrum, Jakarta Selatan (10/12).

Eatlah hendak menambah sekitar sepuluh gerai lagi pada 2019, baik di Jawa maupun pulau lain. Outlet kuliner ayam goreng saus telur asin ini sekarang berjumlah sekitar 20 unit tersebar di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Direktur Pemasaran Eatlah Michael Chrisyanto mengatakan, ekspansi gerai akan menjangkau Yogyakarta, Pulau Bali, dan Kota Medan di Sumatra Utara. Selain di dalam negeri, penjajakan ke negara lain juga dilakukan, yakni Thailand dan Singapura.

"Iya (Singapura) tahun ini belum. Tahun ini mungkin ke Bangkok di Thailand," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (11/1). (Baca juga: Jadi Tren Kuliner, Salted Egg Dibanderol Mulai Rp 20.000 Per Porsi

Michael menyatakan, Eatlah terus berinovasi terutama mengeksplorasi cita rasa menu. Sajian andalan saat ini adalah ayam goreng tepung yang dibalut saus telur asin (salted egg), sambal, maupun brown butter.

Sejak awal beroperasi, Eatlah fokus melayani pembelian melalui aplikasi ponsel meskipun pelanggan tetap bisa datang langsung dan makan di tempat. Dengan asumsi rerata penjualan mencapai 400 paket per hari, sebanyak 80% dipesan melalui layanan secara daring.

"Kami bukan ingin menciptakan tren kuliner. Kami ingin menjadi pionir makanan cepat saji di Indonesia," tutur Michael. (Baca juga: Lewat Internet, Eatlah Populerkan Aneka Menu Bersaus Telur Asin

Puluhan gerai Eatlah dikelola langsung oleh Michael bersama timnya. Ketika ditanya soal ekspansi usaha melalui jaringan waralaba, tampaknya Eatlah tak berencana mengadopsi model bisnis ini.

Michael menyatakan, tidak bisa dipatok bahwa waralaba cara paling tepat untuk mengakselerasi ekspansi usaha. Tapi, bukan berarti strategi selain franchising juga merupakan yang terbaik.

"Setiap bisnis memiliki cara masing-masing, jadi kami tidak bisa sebut mana yang lebih baik. Dengan keberagaman (model bisnis) ini maka industri kuliner Indonesia bisa berkembang dan tak monoton," ujarnya. (Baca juga: Peluang Bisnis Waralaba Kuliner Olahan Ayam Belum Jenuh

Pada sisi lain, Eatlah menyadari pengalaman konsumen (user experience) sebagai faktor penting dalam setiap pelayanannya. Alasan utama karena mayoritas pembeli tidak berinteraksi langsung di gerai, melainkan diperantarai jasa pesan antar daring.

"Kami mensubtitusi pengalaman konsumen. Komunikasi kami dengan mereka secara online, seperti melalui media sosial. Kami percaya dan dengarkan keluhan konsumen," ucap Micahel yang juga salah satu pendiri Eatlah.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...