Kejatuhan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai berefek pada sejumlah komoditas turunannya, termasuk sebagai campuran bahan bakar nabati. Mulai awal tahun ini, harga biodiesel periode Januari 2019 turun 3,3 % dibandingkan bulan lalu. Ini merupakan harga terdendah sejak awal 2018.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga biodiesel pada Januari ini Rp 6.371 per liter. Harga ini berlaku untuk pelaksanaan program mendatori campuran biodiesel ke bahan bakar minyak (BBM) sebesar 20 % atau yang dikenal sebagai program B20.
(Baca: Shell Turunkan Harga BBM Super dan V-Power Rp 100-200)
Sementara itu, harga indeks pasar (HIP) biodiesel pada Desember 2018 sebesar Rp 6.589. Bila ditarik jauh ke belakang, nilai komoditas energi ini pada Januari 2018 yaitu Rp 8.000 per liter, lalu Rp 7.962 pada Februari, naik pada Maret menjadi Rp 8.161, serta Rp 8.356 dan Rp 8.261 pada dua bulan berikutnya.
Sebulan kemudian harganya turun menjadi Rp 8.141, Juli Rp 7.949, Agustus Rp 7.600, September Rp 7.294, Oktober Rp 7.341, dan November Rp 7.277. Penurunan ini didorong melemahnya harga minyak sawit di pasaran global. “Harga rata-rata CPO pada 15 November-14 Desember 2018 sebesar Rp 5.876 per kilo gram,” demikian keterangan resmi Kementerian ESDM.
Selain itu, surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Nomor 5675/12/DJE/2018, juga menetepkan harga indeks pasar bioetanol. Harga komoditas tersebut pada periode ini turun 0,85 % dibandingkan Desember 2018, menjadi Rp 10.362. Hal ini disebabkan oleh turunnya tetes tebu Kharisma Pemasaran Bersama (KPB) selama periode 15 Juli 2018 sampai 14 Desember 2018 sebesar Rp 1.611 per kilogram.
(Baca: Hasil Uji Jalan: B20 Tak Merusak Mesin Kereta Api)
Sebelumnya, harga indeks Bioetanol pada Januari 2018 sebesar Rp 10.090 per liter, Februari Rp 10.049, Maret Rp 10.083, April Rp 10.140, Mei Rp 10.147, dan Juni Rp 10.210. Setelah itu harganya relatif stabil di kisaran Rp 10.250 hingga akhir tahun kemarin.