Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan telah menetapkan alokasi penyediaan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) untuk program B20 tahun depan sebesar 6,2 juta kiloliter. Aturan itu telah ditandatangani dalam bentuk Keputusan Menteri ESDM.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan aturan itu telah diteken. "Sudah ditandatangani menteri, lusa sudah bisa tersebar (dokumennya)," kata Rida di Jakarta, Kamis (30/11) malam.
Alokasi sebesar 6,2 juta kiloliter merupakan pembagian distribusi FAME dari badan usaha bahan bakar nabati kepada badan usaha bahan bakar minyak (BBM) untuk tahun depan. Jumlah itu merupakan volume FAME yang akan distribusikan untuk Public Service Obligation (PSO) dan non-PSO.
(Baca: Denda Penyaluran Program B20 Diestimasi Capai Rp 500 Miliar)
Rida juga mengungkapkan prosedur pengalokasian FAME tahun depan akan lebih efisien dan sederhana. Pengalokasian FAME pada tahun depan ditetapkan langsung untuk satu tahun, berbeda dengan sebelumnya yang dibagi secara bertahap. Kementerian ESDM juga menentukan skema penyaluran melalui 25 titik Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM).
Pemerintah juga masih membahas kemungkinan penggunaan B20 oleh PLN. Jika kajian menyatakan pembangkit listrik bisa menggunakan B20, maka alokasi FAME berpotensi bertambah sebesae 700 ribu kiloliter.
Sementara itu, pembenahan penyaluran FAME juga akan dilakukan Pertamina. Direktur Logistik Supply Chain dan Infrastruktur, Pertamina, Gandhi Sriwidodo menuturkan, pihaknya tengah menyiapkan 2 unit kapal sebagai gudang penyimpanan FAME (floating storage) di Balikpapan, Kalimantan Timur. Saat ini, tahap persiapan sudah sudah masuk proses pemasangan alat pompa sebagai titik pencampuran.
(Baca: Potensi Denda Pelanggar B20 Mencapai Rp 270 Miliar)
Gandhi menjelaskan, Pertamina bakal menyelesaikan tangki penyimpanan terapung secara optimal sebelum akhir tahun. Dia memperkirakan, kapal sebagai tempat pengiriman FAME akan siap pada 18 Desember 2018 mendatang.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor mengungkapkan permintaan pengiriman ke Balikpapan bisa mencapai 1,2 juta kiloliter. Sebab, ada alokasi lain untuk distribusi ke wilayah timur Indonesia.
Selain itu, dia juga menyebut perlu pertimbangan untuk menambah tempat penyimpanan baru di Tuban, Jawa Timur. "Itu akan dihitung lagi, kelihatannya supaya tidak terlalu banyak distribusi lewat jalur darat di Jawa," kata Tumanggor.