Tren Kuliner 2019, Orisinalitas Menu Jadi Orientasi Utama Konsumen

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Seorang chef menyajikan menu makanan menjelang Hari Kasih Sayang di Hotel Horizon, Malang, Jawa Timur, Rabu (8/2/2017).
Penulis: Dini Hariyanti
7/11/2018, 17.05 WIB

Pelaku usaha memproyeksikan perkembangan bisnis kuliner pada 2019 terus menanjak melampaui pertumbuhan ekonomi. Preferensi konsumen juga diyakini semakin mengarah kepada menu-menu orisinil.

Chief Operating Officer PT Eatwell Culinary Indonesia Bernt Hanlee Ramli mengatakan, pebisnis di bidang food and beverage harus memperkuat sisi autentik produk, baik dari segi menu maupun customer experience.

"Sejalan dengan dipacunya industri kreatif seperti kuliner, jadi sektor kuliner ini akan terus tumbuh. Pebisnis kuliner harus punya authenticity. Konsumen yang senang wisata kuliner itu mencari sisi otentik itu," ujarnya, di Jakarta, Rabu (7/11).

(Baca juga: Pengalaman Konsumen, Kunci Pebisnis Kuliner Daring Gaet Pelanggan

Bernt menjelaskan, berdasarkan data sejumlah perusahaan riset diketahui bahwa pasar terbesar produk makanan dan minuman di Indonesia adalah masyarakat dengan pendapatan menengah - rendah serta menengah - tinggi.

Masyarakat berpendapatan menengah - rendah mengeluarkan biaya Rp 20.000 - Rp 100.000 sekali makan dengan aktivitas makan di luar sekitar satu hingga 1,5 kali per bulan. Mereka dengan penghasilan menengah - tinggi menghabiskan Rp 100.000 - Rp 150.000 sekali makan, perilaku makan di restoran 1,5 kali sampai dua kali setiap bulan.

Fakta tersebut menjadi salah satu pertimbangan Eatwell Culinary tetap fokus mengelola jaringan restoran casual dining di pusat perbelanjaan. Rerata pengeluaran pelanggan yang datang ke restoran jenis ini antara p 60.000 - Rp 150.000 per sekali makan.

"Orang tetap mencari tempat makan yang makanannya enak, memuaskan, dan harganya pas. Nah, konsumen milenial yang digital savvy itu suka bertualang. Jadi, pengalaman daring maupun offline dari sebuah restoran harus nyambung," ujar Bernt.

(Baca juga: Restoran Dapur Solo Masuk Jaringan Eatwell Culinary

Sementara itu, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik menyatakan bahwa kuliner terbilang industri abadi karena menyangkut kebutuhan dasar manusia. Bisnis kuliner naik kelas lantaran menjelma sebagai gaya hidup.

"Peluang kuliner untuk terus berinovasi dan menghasilkan varian makanan baru juga semakin besar pada masa kini," ujarnya. 

Subsektor kuliner memberi sumbangan terbesar terhadap PDB ekonomi kreatif. Berdasarkan data yang dihimpun Bekraf dan Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui, kontribusi subsektor ini terhadap PDB pada 2016 sebesar 41,40% setara Rp 381,99 miliar.

(Baca juga: Bekraf Bidik PDB Ekonomi Kreatif Rp 1.200 Triliun pada 2019