Cermat Melihat Kekurangan, Pebisnis Kuliner Akui Butuh Bimbingan Ahli

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Proses produksi industri makanan dan minuman di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (13/9/2017).
Penulis: Dini Hariyanti
26/10/2018, 18.32 WIB

Senada dengan Burgrees dan Tahu Jeletot, Yeni Liu selaku Pendiri Calais Tea mengutarakan bahwa dirinya sempat kebingungan untuk menetapkan strategi baru untuk meningkatkan taraf usaha kuliner yang ada.

"Kami kemudian mencari bantuan dan berusaha menambah pemahaman. Dan melalui mentoring, kami jadi lebih tahu di mana saja kelemahan bisnis kami. Ini membantu untuk rethink misi dan strategi bisnis," kata dia.

(Baca juga: Kopi Cold Brew, Tren Baru atau Sekadar Alternatif Pilihan?

Bisnis kuliner di Tanah Air merupakan kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif, yakni 40% atau sekitar Rp 400 triliun. Menteri Pariwisata Arief Yahya sempat menyampaikan, bisnis kuliner perlu terus dikembangkan sehingga menyentuh tak hanya konsumen lokal tetapi juga global.

Menurutnya, kini kuliner nusantara belum cukup populer di luar negeri. Salah satu penyebab ialah belum ada jenis makanan yang paling identik di mata wisatawan asing. 

Halaman: