Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat mayoritas masyarakat Indonesia -sebanyak 73,4 persen- puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama ini. Dari jumlah itu, 63,7 persen menyatakan cukup puas dan 9,7 persen mengatakan sangat puas.
Adapun yang kurang puas 22,6 persen dan yang tidak puas sama sekali 2,8 persen. Sementara 1,2 persen responden lainnya tidak menjawab. “Responden yang merasa puas jauh lebih banyak dibanding yang tidak puas,” kata Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan di kantornya, Jakarta,
Ahad (8/10) kemarin, lembaga survei itu merilis survei terbarunya. Menurut Djayadi, tren kepuasan ini cenderung meningkat dibandingkan sejak awal Jokowi berkuasa. Pada Oktober 2014, kepuasan terhadap kinerja Jokowi hanya 41 persen. (Baca juga: Dibandingkan SBY, Peluang Jokowi Menang Sebagai Petahana Lebih Besar).
Tren kepuasan ini puncaknya pada September-Desember 2017, di mana angkanya 74 persen. Hanya, grafik ini menurun pada Januari 2018 menjadi 71 persen. Meski demikian masih lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan masyarakat pada kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada September 2008 sebesar 56 persen.
Selain kepuasan, SMRC mencatat 71,4 persen masyarakat yakin atas kemampuan Jokowi untuk memimpin Indonesia. Sebanyak 58,1 darinya menyatakan cukup yakin dan 13,3 persen mengatakan sangat puas.
Sementara yang kurang yakin 20,3 persen dan 2,9 persen mengatakan tidak yakin sama sekali. Ada pun, 1,2 persen responden lainnya tidak menjawab. “Yang merasa yakin dengan kemampuan memimpin Jokowi sekitar 71,4 persen, jauh lebih banyak dibanding yang merasa tidak yakin,” kata Djayadi.
Sebenarnya, tren keyakinan atas kemampuan Jokowi memimpin fluktuatif. Pada awal kepemimpinannya pada Oktober 2014, kepercayaan masyarakat cukup besar di angka 74 persen. Angka ini sempat anjlok pada Juni 2015 menjadi 55 persen. Keyakinan ini pulih lagi sampai puncaknya pada Desember 2017 sebesar 76 persen. Kemudian, tren tersebut kembali menurun.
Lebih lanjut, SMRC juga mensurvei persepsi masyarakat mengenai kondisi ekonomi, politik, hukum, dan keamanan di masa pemerintahan Jokowi. Secara rinci, sebanyak 41,8 persen responden melihat kondisi ekonomi nasional saat ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Sebanyak 29,3 persen responden mengaku tidak ada perubahan. Sementara, 22 persen responden menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk dan 6,8 persen sisanya tidak tahu. (Baca juga: Jokowi dan Prabowo Belum Cukup Aman Jadi Presiden yang Kuat)
Terkait kondisi politik, 35 persen responden menilai keadaannya sudah baik. Sebanyak 37 persen menilai kondisi politik dalam tingkat sedang. Sementara, 14 persen lainnya menilai kondisi politik saat ini buruk dan 13 persen tidak tahu.
Separuh lebih, tepatnya 52 persen responden menilai kondisi penegakan hukum sekarang sudah baik. Sementara 28 persen responden menilai penegakan hukum saat ini dalam tingkat sedang, 15 persen menganggap kondisi penegakan hukum buruk, dan 6 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Untuk tingkat keamanan, 67 persen responden menilai kondisi nasional sudah baik dan 23 persen merasa dalam tingkat sedang. Sementara 9 persen lainnya menilai kondisi keamanan nasional buruk dan 2 persen mengaku tidak tahu.
“Penilaian pemilih atas kondisi makro tersebut lebih baik menjelang 2019 di bawah Jokowi, dan kalau tidak ada perubahan berarti, peluang Jokowi untuk menang 2019 lebih besar dibanding SBY pada 2009,” kata Djayadi. (Baca pula: Survei Indikator: Belum Aman, Tren Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Turun)
SMRC mengadakan survei pada 7-14 September 2018 dengan melibatkan 1.220 responden di Indonesia. Dari jumlah tersebut, responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1074 orang atau 88 persen.
Survei SMRC dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Ada pun, tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.