Seiring dengan dihapuskannya film dari Daftar Negatif Investasi (DNI) pada 2016 lalu, layanan streaming video-on-demand (VoD) ramai berkembang di Indonesia. Bahkan, pertumbuhannya diproyeksi lebih tinggi dibanding jumlah penonton film di bioskop.
Managing Director Ideosource Andi Boediman mengatakan, rata-rata pertumbuhan jumlah penonton film di bioskop tumbuh 17% per tahun. "Kalau over the top seperti VoD pertumbuhannya 19% untuk lima tahun ke depan," kata dia saat diskusi Indonesia Film Business Outlook 2019 di Jakarta, Kamis (13/9).
Ia melihat, penyedia layanan streaming VoD yang berkembang pesat di Indonesia adalah Netflix, Iflix, HOOQ, dan VIU. "Go-Jek juga akan luncurkan Go-Play pada Januari (2019) nanti. OTT ini akan tumbuh luar biasa," kata dia.
Berdasarkan data Statista, 21% dari pengguna internet di Indonesia menonton konten video setiap harinya per Januari 2018.
Selain itu, data Convivo menunjukan, jumlah menonton video di dunia mencapai 12,6 miliar jam atau naik dua kali lipat secara tahunan (year on year/yoy). "Ini karena lebih banyak konsumen beralih dari menonton televisi (TV) berbayar linier tradisional ke layanan OTT," demikian kata Convivo dikutip dari Broadcastingcable awal tahun lalu.
(Baca juga: Tumbuh 20%, Penonton Bioskop Diproyeksi Capai 60 Juta pada 2019)
Sementara itu, berdasarkan data yang dirangkum oleh filmindonesia.or.id, jumlah penonton film di bioskop sebanyak 16 juta; 15 juta; 18,9 juta; 12 juta; 16 juta; dan 16 juta sejak 2010 hingga 2015. Lalu, jumlahnya naik menjadi 37,2 juta di 2016 dan 42,7 juta pada tahun lalu. Kemudian, sejak Januari hingga Agustus 2018, jumlah penonton mencapai 36,3 juta.
Berkaca dari data tersebut, Deputi Bidang Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif ( Bekraf) Fajar Hutomo mengatakan, layanan streaming VoD tidak bersaing dengan bioskop. "Pasarnya berbeda. Layanan VoD itu untuk menonton kedua kali atau kalau tidak sempat. Bioskop akan tetap diminati," ujarnya.