Demokrat Adakan Rapat Darurat Usai Pertemuan SBY-Prabowo

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat sambutan Rapat Kerja Nasional di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Senin (8/5).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
9/8/2018, 12.58 WIB

Partai Demokrat menggelar rapat darurat di kediaman Ketua Umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) siang. Beberapa elit Demokrat terpantau berdatangan sejak pukul 12.00 WIB, seperti Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan, Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin, Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Pandjaitan.

Kemudian, Wakil Ketua Majelis Tinggi PD EE Mangindaan, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Rachland Nashidik, Ketua Badan Pembinaan Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi (BPOKK) Demokrat Pramono Edhie Wibowo serta politisi Demokrat Andi Mallarangeng. Amir mengatakan, rapat akan digelar mulai pukul 12.30 WIB.

"Undangannya hanya menyebutkan rapat ya. Rapat darurat seperti itu," kata Amir.(Baca juga: Sandiaga Jadi Bakal Cawapres, Koalisi Prabowo-SBY Terancam Kandas)

Amir enggan menyebutkan apa yang akan dibahas dalam rapat tersebut. Dia meminta agar para wartawan menunggu. "Belum tahu saya, tunggu saja," kata Amir.

Rapat darurat ini digelar usai SBY bertemu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Prabowo hari ini menyambangi rumah SBY pukul 09.54 WIB. Dia didampingi oleh jajaran elit Gerindra, antara lain Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Gerindra Sugiono, Anggota Dewan Pembina Gerindra Fuad Bawazier, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani.

Setengah jam setelahnya, Prabowo keluar dari kediaman SBY pukul 10.35 WIB. Tak ada konferensi pers atau pernyataan sikap setelah pertemuan keduanya. Hal tersebut berbeda dengan beberapa pertemuan yang dilakukan Prabowo dan SBY sebelumnya.

(Baca juga: PAN Munculkan Sandiaga Uno sebagai Cawapres Alternatif untuk Prabowo)

Prabowo pun hemat bicara. Dia hanya mengatakan masih terus membicarakan posisi Sandiaga Uno sebagai pendampingnya dengan partai-partai koalisi. "Musyawarah, kami musyawarah terus," kata Prabowo.

Pertemuan antara Prabowo dan SBY sebelumnya dijadwalkan untuk membahas miskomunikasi antara Gerindra dan Demokrat. Hal ini dipicu pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief yang menuduh Prabowo lebih memilih Sandiaga sebagai cawapres karena mampu membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar.

Andi Arief bahkan kembali mencuitkan pernyataan kontroversial hari ini. Dia mengatakan pernah didatangi utusan Sandiaga Uno yang mengajaknya menggulingkan pencalonan Prabowo-AHY menjadi Sandi-AHY.

Dia lalu melapor ke Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya sampaikan ke SBY, lalu SBY bilang 'Saya tak akan pernah khianati Prabowo'," katanya.

(Baca juga: Setahun Lobi Jokowi, SBY Sebut Banyak Rintangan untuk Berkoalisi)

Andi Arief mengatakan pengakuannya ini dibuat bukan karena kecewa dengan duet Prabowo-Sandi. "Saya hanya ingin tweet ini didengar Prabowo bahwa orang yang akan menjadi cawapresnya adalah yang dua minggu lalu akan menggulingkannya," bunyi cuitan Andi.

Pasangan Prabowo-Sandiaga semakin menguat dan dikabarkan akan dideklarasikan sore ini. Sandiaga sendiri telah mengajukan permohonan Surat Pernyataan Tidak Pailit ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Surat tersebut merupakan salah satu syarat bagi calon yang akan mendaftar dalam Pilpres 2019.