Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menjenguk Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terbaring sakit di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (18/7). Meski pertemuan tersebut tak membahas politik, dinilai upaya Prabowo yang serius membangun koalisi Gerindra-Demokrat saat pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Awalnya Prabowo dan SBY merencanakan pertemuan membahas koalisi di antara dua partai pada Rabu (18/7). Namun, pertemuan ini tertunda karena SBY menjalani perawatan di rumah sakit.
SBY menjalani perawatan di rumah sakit sejak Selasa (17/7) akibat kelelahan karena kegiatan kunjungannya ke berbagai kota selama Pilkada Serentak 2018. "Pak SBY diminta dirawat di RSPAD Gatot Soebroto sehingga bisa cepat pulih," kata Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di RSPAD Gatot Soebroto.
(Baca juga: Penjajakan Koalisi, Prabowo Siapkan Tawaran Menarik untuk SBY)
Prabowo menjenguk sekitar 20 menit, dan sempat mengingatkan agar SBY menjaga kesehatannya. Dia meminta SBY tidak terlalu sibuk, meski saat ini banyak sekali agenda yang harus diikuti pimpinan partai. "Saya ingatkan beliau kalau Bapak (SBY) sudah bukan komandan batalyon lagi, harus agak santai," kelakar Prabowo.
Prabowo dan SBY telah menjadwalkan ulang pertemuan penjajakan koalisi menjadi Selasa (24/7). Ini mempertimbangkan SBY membutuhkan istirahat total di rumah sakit selama empat hari.
Selain itu, Prabowo juga diagendakan untuk lawatan ke luar negeri pada beberapa hari ke depan. "Mungkin pekan depan kami bicara lagi serius," kata Prabowo.
(Baca juga: AHY Diajukan Jadi Cawapres Prabowo bila Demokrat-Gerindra Berkoalisi)
Koalisi dengan syarat
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai kedekatan tersebut semakin membuka peluang Gerindra dan Demokrat berkoalisi dalam Pilpres 2019.
Apalagi, Pangi memprediksi Demokrat sulit untuk berkoalisi dengan kubu pendukung Presiden Joko Widodo. Alasannya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terlihat belum memberikan restu jika Demokrat bergabung di kubu pendukung Jokowi.
"Kita tahu hubungan Pak SBY dan Bu Megawati masih sulit, di situ kita paham restu Bu Megawati sangat penting sekali," kata Pangi.
(Baca juga: SBY Sebut Cawapres Bukan Harga Mati, Demokrat Mulai Lobi Kubu Jokowi)
Selain itu, Demokrat tak mendapat posisi sebagai cawapres Jokowi. Saat ini, Jokowi telah mengantongi lima cawapres, tanpa memberi ruang AHY sebagai pendamping Jokowi.
Pangi menilai partai pendukung Jokowi, terutama PDIP, tak akan memberikan ruang bagi AHY sebagai cawapres Jokowi, karena AHY berpotensi melenggang pada 2024.
"Makanya mereka mau ambil tokoh yang tua, yang tidak punya ambisi, bukan kader partai, sehingga tak ada yang curi start untuk kampanye di Pilpres 2024," kata Pangi.
Hanya saja, peluang munculnya koalisi Gerindra-Demokrat bukan tanpa syarat. Demokrat, kata Pangi, masih bakal meminta posisi penting atas koalisi yang dibangun keduanya.
Dalam hal ini, Demokrat masih akan menyodorkan AHY untuk bisa mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2019. Karenanya, Pangi menilai politik transaksional bakal terjadi dalam penjajakan koalisi antara Prabowo-SBY.
"Maka kemungkinan Demokrat akan merapat ke Gerindra, menurut saya itu biasa saja, misalnya Pak Prabowo-AHY," kata dia.
Gerindra tinggal pilih satu partai
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan menilai Gerindra hanya membutuhkan satu partai lain sebagai mitra untuk melenggang ke Pilpres 2019. Koalisi Gerindra dan Demokrat akan memenuhi syarat ambang batas presiden di Pilpres 2019.
Demokrat berpeluang digandeng setelah lobi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) tak membuahkan hasil. "Jadi kalau PKS dan PAN tidak ikut (masuk) maka Prabowo masih bisa maju," kata Djayadi.
Gerindra telah mengerucutkan lima dari delapan bakal cawapres Prabowo. Mereka yakni Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), politisi PKS Ahmad Heryawan, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Meski demikian Djayadi beranggapan, strategi terbaik yang dapat ditempuh Prabowo dengan memaksimalkan dukungan empat partai tersebut untuk memajukan dirinya tahun depan. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain dengan menawarkan posisi cawapres kepada kader partai lain.
"Semakin banyak maka semakin baik dari segi kekuatan politik," katanya. (Baca juga: Elite PKS Terbelah Sikapi Wacana Pengusungan Anies di Pilpres 2019)